Jerman memutuskan akan membangun jet tempur Typhoon untuk peran pertempuran elektronik. Secara teori pesawat ini nantinya mampu menemukan posisi radar musuh di darat menggunakan sensor elektromagnetik.
Sebanyak 15 jet tempur akan diubah menjadi varian Typhoon-EK atau Elektronischer Kampf. Sebagai perbandingan jet serangan elektronik seperti EA-18G Growler milik Angkatan Laut Amerika mempunyai tugas untuk menekan atau mematahkan kemampuan musuh. Ini menjadikan tim lainnya dapat dengan aman melakukan serangan.
Pesawat serangan elektronik tetap lincah dan memiliki kemampuan senjata. Mereka dapat menemani pesawat yang mereka kawal lebih jauh ke wilayah udara musuh dan bertahan di tengah ancaman. Termasuk pertempuran udara ke udara.
Saat ini, kemampuan menekan sistem pertahanan musuh atau SEAD Luftwaffe diperankan 21 Tornado ECR. Tornado ECR Jerman dan Italia banyak digunakan dalam pertempuran dalam perang Kosovo 1999. Mereka meluncurkan banyak rudal anti-radar HARM ke radar Yugoslavia. Tornado Jerman tercatat menembakkan 236. Sementara milik Italia melepaskan 115 rudal.
Tornado ECR juga memberikan pengawalan dan pengintaian elektronik selama perang di Bosnia pada tahun 1995. Juga operasi mendukung pemberontak anti-Qaddafi di Libya pada tahun 2011, dan perang melawan ISIS pada tahun 2015
Konversi Typhoon-EK menelan biaya 384 juta euro atau sekitar Rp6,5 triliun per unitnya. Dengan 15 unit yang akan dibangun berarti butuh uang sekitar Rp97 triliun. Tidak jelas pesawat mana dari generasi apa yang akan dijadikan dasar. Apakah Typhoon Tance 1, 2, 3A, atau 4. Semuanya masih diterbangkan oleh layanan Luftwaffe.
Namun pengumuman Airbus mengungkapkan Typhoon-EK memiliki kelemahan besar dalam konfigurasi awalnya. Airbus memang mengatakan jammers di ujung sayap barunya akan meningkatkan perlindungan diri Eurofighter. Namun tidak menyebutkan kemampuan jamming yang lebih luas.
Jamming pertahanan diri tentu saja penting bagi pesawat yang dirancang untuk melawan senjata anti-pesawat. Tetapi hal ini tidak sama dengan jamming pengawalan yang mampu melindungi. Memang benar, jammer Saab baru tampak kurang lebih sama dengan yang dipasang sebagai standar pertahanan diri pada jet Gripen-E Swedia yang bukan merupakan jet serangan elektronik khusus. Gripen E juga dilengkapi emitor kecil ketiga di ekornya.
Faktanya, pemasangannya mungkin harus mengorbankan pod penanggulangan dukungan elektronik (ESCM) yang sudah ada. Juga komponen umpan yang ditarik. Mereka merupakan bagian dari sistem pertahanan diri Praetorian DASS Typhoon.
Untuk informasi selengkapnya simak tayangan berikut: