Kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina semakin nyata dari hari ke hari pada Januari 2022. Pertanda buruk yang menonjol termasuk kedatangan 10 kelompok battalion taktis di Belarusia, pergerakan pasukan di Rusia Timur yang berjarak ribuan mil dan perjalanan enam kapal pendarat amfibi dari armada Baltik yang kemungkinan menuju Laut Hitam.
Selain itu pasukan khusus Rusia dilaporkan dikirim ke Ukraina Timur. Mereka diduga ditugaskan untuk melakukan operasi false flag untuk membenarkan perang.
Sejumlah analisa muncul terkait bagaimana Rusia akan melakukan invasi ke Ukraina jika itu memang dilakukan.Salah satunya menyebut jika Putin berkomitmen melakukan aksi militer, salah satu dari beberapa kemungkinan adalah pasukan darat Rusia dapat merebut separuh wilayah Ukraina di sebelah timur sungai Dnieper, di mana ibu kota Ukraina Kyiv terletak.
Tetapi para pengamat Barat memperingatkan bahwa pendudukan substansial di wilayah Ukraina dapat menjerumuskan Rusia ke dalam perang kontra-pemberontakan yang tak berkesudahan.
Para ahli terkemuka di militer Rusia sendiri berpendapat bahwa cara semacam itu mungkin tidak efektif. Pendudukan permanen sebagian besar Ukraina kemungkinan besar bukan tujuan akhir dari serangan Rusia.
Sebaliknya, mereka percaya Putin ingin melumpuhkan militer Ukraina, dan dengan demikian memaksa Kyiv yang terdegradasi untuk meninggalkan hubungannya yang berkembang dengan NATO dan menyerahkan wilayah yang lebih terbatas kepada separatis dukungan Rusia di Ukraina Timur.
Operasi semacam itu akan lebih mirip dengan versi perang Rusia yang lebih agresif di Georgia pada 2008 daripada pencaplokan Krimea.
Simak selengkapnya dalam tayangan berikut: