Tiga tahun setelah bergabung dengan Angkatan Laut Amerika kapal induk USS Gerald R. Ford masih mengalami masalah yang membatasi kemampuannya untuk mengoperasikan pesawat.
USS Ford, kapal pertama yang menggunakan ketapel dan peralatan penangkap generasi baru, telah mengalami lebih banyak kegagalan sehingga tidak dapat meluncurkan atau memulihkan pesawat selama berhari-hari. Sementara itu, hampir setengah dari elevator penanganan senjata yang baru beroperasi. Hal ini membatasi kemampuan kapal untuk mempersenjatai pesawat baik dalam mada damai maupun perang.
Kelas Ford, yang pada akhirnya akan menggantikan kapal kelas Nimitz yang lebih tua. Kapal dirancang untuk membawa lebih dari 70 pesawat sayap tetap dan helikopter. Ford dan adik-adiknya menggunakan tenaga penggerak nuklir. Kapal-kapal itu juga yang pertama menggabungkan fitur-fitur berteknologi tinggi baru yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi hingga memungkinkan mereka meluncurkan dan memulihkan lebih banyak pesawat daripada pendahulunya.
Sayangnya, seperti yang dilaporkan Bloomberg, banyak fitur baru USS Ford masih mengalami masalah keandalan bahkan bertahun-tahun setelah Angkatan Laut menugaskan kapal tersebut pada tahun 2017.
Newport News Shipbuilding membangun USS Ford senilai US$ 13,2 miliar dengan sistem peluncuran ketapel baru, peralatan penangkap pendaratan pesawat baru, dan elevator baru yang dirancang untuk mempercepat misil dan bom dari perut kapal ke hanggar dan dek penerbangan. Semua fitur, menurut draf laporan Pentagon yang diterima Bloomberg yang dikutip Popular Mechanics 12 Januari 2021, masih terbukti kurang dapat diandalkan dari yang direncanakan.
Electromagnetic Aircraft Launch System (EMALS) adalah sistem ketapel baru yang menggunakan elektrik bertenaga tinggi sebagai pengganti uap bertekanan untuk meluncurkan pesawat dari kapal induk. Sistem baru itu seharusnya memungkinkan kapal induk tidak hanya meluncurkan lebih banyak pesawat, tetapi juga meluncurkan pesawat jenis baru dengan aman termasuk drone ringan.
EMALS seharusnya memiliki rata-rata 4.166 peluncuran sebelum sekali rusak. Namun sistem baru ini rata-rata hanya meluncurkan 181 peluncuran dan sudah mengalami kerusakan. Dua kegagalan terpisah pada tahun 2020 menyebabkan ketapel tidak bisa digunakan selama tiga hari.
Advanced Arresting Gear (AAG) baru Ford, sistem baru yang dirancang untuk menangkap pesawat pendaratan juga terus mengalami masalah. AAG seharusnya mencapai rata-rata 16.500 pemulihan pesawat sebelum mengalami kegagalan. Namun peralatan penangkap yang baru rata-rata hanya membutuhkan 48 pemulihan pesawat sebelum kemudian menemui masalah.
Akhirnya, Advanced Weapon Elevator (AWE) Ford terus bermasalah. AWE bertenaga magnetis diharapkan dapat memindahkan amunisi dari ruang kapal ke penangan senjata lebih cepat, sambil membawa beban yang jauh lebih berat daripada elevator sebelumnya. Namun hanya dua AWE yang beroperasi pada tahun 2017 ketika Ford mulai beroperasi. Menurut laporan Pentagon, enam lift sekarang beroperasi dan Angkatan Laut berencana semua lift yang berjumlah 11 akan beroperasi pada bulan April 2021.
Semua masalah ini sinergis untuk sebuah kapal dalam beroperasi sebagai pangkalan udara terapung. Sebuah kapal induk harus mendaratkan pesawat sebanyak yang diluncurkan jadi jika perlengkapan penangkap diperbaiki dan ketapel tidak, itu tidak akan membantu tingkat kesiapan kapal secara keseluruhan.
Dalam konflik, kurangnya 11 elevator senjata operasional akan memperlambat kemampuan kapal untuk meluncurkan pesawat bersenjata. Sampai ketiga masalah tersebut diperbaiki, kemampuan kapal induk untuk bertindak sebagai senjata perang yang mengambang sangat terancam.
Sistem baru Ford dirancang untuk meningkatkan jumlah serangan yang dapat dihasilkan oleh kapal induk sebesar 25 hingga 30 persen dibandingkan kelas Nimitz. Sampai Angkatan Laut pada akhirnya akan menyelesaikan masalah dengan ketapel, peralatan penangkap, dan elevator senjata, aman saat ini untuk mengatakan USS Ford setelah tiga tahun komisioningnya secara signifikan kurang efektif daripada kapal-kapal sebelumnya.
Keberhasilan atau kegagalan Ford dapat memengaruhi masa depan armada kapal induk Angkatan Laut Amerika. Angkatan Laut akan membutuhkan setidaknya 10 kapal untuk menggantikan kapal kelas Nimitz yang sudah tua, tetapi sejauh ini, baru berkomitmen untuk empat: Yakni Ford, John F. Kennedy, Enterprise, dan Doris Miller.
Biaya sebuah kapal induk sangat mahal. Harga kapal sekitar US$ 13,2 miliar atau sekitar Rp187 triliun, satu pesawat US$ 117,3 juta atau sekitar Rp1,7 triliun dan persyaratan tenaga kerja yang tinggi yakni 4.600 pelaut. Hal ini akan memaksa banyak orang untuk mempertimbangkan apakah kapal induk seperti yang saat ini dibayangkan oleh Angkatan Laut itu masih merupakan platform yang layak. Alternatifnya termasuk menukar kapal induk yang lebih besar dengan yang lebih ringan, lebih murah dan membangun lebih banyak kapal selam pembawa rudal. Namun juga perlu diingat, Ford adalah kapal pertama yang membawa teknologi baru. Jadi wajar jika menghadapi masalah.