Jet tempur F-22 Raptor menjadi komponen penting dari Global Strike Task Force, untuk memproyeksikan dominasi udara, dengan cepat dan pada jarak yang jauh.
Tetapi selama beberapa tahun terakhir, armada F-22 Raptor menghadapi kekurangan mesin turbofan Pratt & Whitney F119-PW-100.
Komandan Komando Tempur Udara USAF Jenderal Mike Holmes sebagaimana dilaporkn Defense Blog mengkonfirmasi bahwa F-22 menghadapi masalah tersebut. “Pesawat telah terbang lebih dari layanan yang diperkirakan sebelumnya yang mengakibatkan kekurangan mesin F-22,” kata Holmes.
Dia juga berpikir untuk mengambil F-22 yang kurang mampu dari unit pelatihan formal dan meningkatkannya untuk operasi tempur.
F-22 Raptor ditenagai oleh dua mesin Pratt dan Whitney F119-100 yang merupakan mesin turbofan low bypass after-burning yang menghasilkan tenaga sebesar 156 kN.
Mesin F119 memberikan kemampuan manuver tinggi pada pesawat dengan nosel vektor dua dimensi yang unik. Vektor ini bergerak hingga 20 derajat ke atas atau ke bawah.
Pada 15 Desember 2005, Angkatan Udara Amerika mendeklarasikan F-22 Raptor siap tempur, setelah mencapai status Kemampuan Operasional Awal. Tonggak sejarah ini menandakan F-22 bertenaga F119 menyelesaikan pengujian pengembangannya dan siap untuk terbang dan bertarung dalam membela Amerika Serikat dan kepentingan globalnya. Hanya dua tahun kemudian, pada 12 Desember 2007, Angkatan Udara Amerika mendeklarasikan Kemampuan Operasional Penuh (FOC) untuk F-22