Rusia dilaporkan mulai memproduksi 24 jet tempur Sukhoi Su-35 untuk Angkatan Udara Mesir sesuai dengan kesepakatan senilai us$ 2 miliar yang ditandatangani antara kedua negara pada tahun 2018.
Pengiriman batch pertama dijadwalkan awal tahun 2020 ini tetapi prosesnya telah tertunda karena pandemi COVID-19 yang menyebabkan penutupan beberapa pabrik produksi pertahanan di Rusia. Kini Moskow diperkirakan akan mengirim jet pertama pada kuartal ketiga atau keempat tahun 2020.
Sebelumnya, dilaporkan bahwa pemerintah Amerika telah mengancam Kairo dengan sanksi jika Mesir terus bergerak bergerak maju dengan pembelian jet tempur Rusia tersebut. Maged Botros, profesor ilmu politik Universitas Helwan Mesir sebagaimana dilaporkan Sputnik 1 Juni 2020, mengatakan Republik Mesir tidak perlu khawatir dengan ancaman itu.
Menurutnya Amerika hanya menggertak. Mereka telah mengancam negara-negara lain juga, termasuk Turki yang membeli sistem rudal S-400 Rusia tetapi tidak ada yang terjadi. Menurutnya Mesir adalah negara berdaulat dan tidak adayang dapat mendiktenya.
Tapi Soviet juga memiliki pengalaman buruk menjual senjata ke Mesir. Pada tahun 1972, tak lama setelah berkuasa di Mesir, Presiden Anwar al-Sadat memutuskan untuk mengubah kebijakan pendahulunya dan condong ke Barat, mengirim pulang pasukan Soviet yang telah ditempatkan di Mesir selama beberapa dekade. Bukan itu saja banyak senjata buatan Soviet yang kemudian dikirim ke Amerika untuk dipelajari.
Sejak itu, campur tangan Amerika di Mesir terus tumbuh. Amerika terus memberi Mesir dengan bantuan militer. Menurut perkiraan, dari 1978 hingga saat ini, Amerika telah menggelontorkan lebih dari US$ 50 miliar kepada militer Mesir yang menyebabkan ketergantungan negara tersebut pada Wasington.
Lalu datanglah titik balik. Setelah massa yang didukung oleh Tentara Mesir menggulingkan Presiden Mohammed Morsi, Mesir jatuh ke dalam kekacauan. Dalam upaya untuk mengatasi tantangan itu, militer Mesir meminta Amerika untuk menyediakannya helikopter Apache yang akan digunakan untuk melacak dan melenyapkan teroris di daerah-daerah terpencil dan sulit dijangkau di Sinai. Tetapi permintaan itu tidak ditanggapi Amerika.
Sejak 2014, Presiden al-Sisi kemudian bekerja keras untuk mendiversifikasi sumber-sumber peralatan militer negara untuk menghindari ketergantungan yang telah mengikat tangan negara di masa lalu. Pada 2014, Kairo memesan dua kapal selam dari Jerman dan setahun kemudian membeli jet tempur Rafale dari Perancis. Kesepakatan multi-miliar dolar juga telah ditandatangani dengan penyedia lain, termasuk China dan Rusia.