Tidak peduli dengan pandemi COVID-19 yang belu mereda, Amerika Serikat terus menyebarkan bomber strategis mereka ke berbagai dunia.
Pada tanggal 7 Mei 2020, total enam bomber B-2 Spirit dan B-52 Stratofortress yang memiliki kemampuan membawa senjata nuklir dikirim dari pangkalan udara Amerika ke daerah-daerah Komando Eropa dan Indo-Pasifik. Komando Strategis atau Strategic Command ( (STRATCOM) Amerika menyebut tindakan ini sebagai demonstrasi dari kesiapan dan jangkauan global pengebom strategis jangka panjangnya. ”
Dalam pernyataanya Selasa 12 Mei 2020 STRATCOM mengatakan dua pembom siluman B-2 dari Pangkalan Angkatan Udara Whiteman di Missouri, dua B-52H Stratofortress dari Pangkalan Angkatan Udara Minot Dakota Utara dan dua B-52H dari Pangkalan Angkatan Udara Barksdale Louisiana diterbangkan dalam waktu hampir bersamaan ke wilayah Komando Eropa atau Indo-Pasifik yang menjadi tanggung jawab pesawat tersebut.
“Misi dinamis pembom jarak jauh dan pesawat pendukung ini menunjukkan kemampuan Amerika Serikat untuk melakukan pencegahan strategis di mana pun di dunia dengan kekuatan yang siap dan mematikan,” kata STRATCOM.
“Terlepas dari terus berlangsungnya COVID-19, kami berkomitmen untuk misi kami di semua domain (udara, laut, darat, ruang angkasa, dunia maya), dan kesiapan sekutu dan mitra kami.”
Sehari sebelumnya, dua B-1B Lancer, pembom supersonik juga menggeber latihan di Laut China Selatan. Pesawat-peswat itu adalah dua dari empat Lancer yang dikerahkan awal bulan ini ke Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam di Laut Filipina, menyusul pertikaian di dekat Kepulauan Paracel ketika kapal perang China mengusir kapal perusak Amerika dari daerah itu.
Pasukan Udara Pasifik atau Pacific Air Forces (PACAF) Amerika menggambarkan misi mereka sebagai pencegahan strategis untuk memperkuat tatanan internasional berbasis peraturan di kawasan Indo-Pasifik.
Pada hari Selasa, PACAF mengumumkan latihan Lancer kedua bersama dengan aset Angkatan Udara Bela Diri Jepang di Laut China Timur, di mana China mengklaim Kepulauan Senkaku yang dikuasai Jepang, dan dekat Taiwan, yang Beijing anggap sebagai provinsi yang memberontak.