Partai Demokrat melalui pemilu paruh waktu yang digelar Selasa 6 November 2018 merebut kendali di Kongres Amerika Serikat. Hal ini bisa menjadikan posisi Presiden Donald Trump sulit karena banyak kebijakannya yang akan diadang.
Dalam pemilihan paruh waktu dua tahun setelah ia meraih jabatan tertinggi di Gedung Putih, Trump dan Partai Republik memperluas kendali di Senat Amerika. Namun, hasil pemilihan paruh waktu pada Selasa merupakan kenyataan pahit bagi Trump.
NBC News memperkirakan bahwa Partai Demokrat akan menduduki mayoritas kursi, yaitu 229 berbanding 206, di DPR. Dengan demikian, Demokrat mengambil alih kendali dari Partai Republik untuk pertama kalinya dalam delapan tahun.
Media-media lainnya juga memperkirakan bahwa Partai Demokrat akan menggaet setidaknya 23 kursi, yang diduduki Republik, yang mereka perlukan untuk menjadi pemenang mayoritas.
Dengan mendapatkan mayoritas kursi di Kongres, Demokrat akan memiliki kekuatan untuk menyelidiki pengembalian pajak Donald Trump, kemungkinan konflik-konflik kepentingan bisnisnya serta tuduhan bahwa kampanye Trump pada 2016 mempunyai kaitan dengan Rusia.
Demokrat juga bisa memaksa Trump menurunkan ambisi-ambisi legislatifnya, yang kemungkinan akan menghancurkan tekadnya untuk mendanai pembuatan dinding perbatasan dengan Meksiko, serta mengeluarkan paket pemotongan pajak atau menjalankan kebijakan-kebijakan garis kerasnya dalam bidang perdagangan.
Kongres yang dikuasai Demokrat juga akan bisa memakzulkan Trump jika ada bukti-bukti bahwa presiden Amerika itu menghalangi hukum atau bahwa tim kampanyenya pada pemilihan presiden 2016 bersekongkol dengan Rusia.
Namun, Kongres tidak bisa mendepak Trump dari jabatannya tanpa ada keputusan dari dua pertiga anggota Senat, yang sampai saat ini masih dikuasai Partai Republik.
“Terima kasih semuanya, besok akan menjadi hari baru di Amerika,” kata pemimpin Partai Demokrat di DPR, Nancy Pelosi kepada kalangan Demokrat yang bersorak sorai dalam pesta kemenangan di Washington.