Sudah Saatnya Australia Punya Kapal Selam Nuklir
Desain Short Fin Barracuda/DCNS

Sudah Saatnya Australia Punya Kapal Selam Nuklir

Australia harus mengembangkan armada kapal selam serangan cepat bertenaga nuklir jika ingin untuk mempertahankan keunggulan strategisnya melawan kapal canggih yang dikembangkan oleh kekuatan yang terus bangkit seperti China.

Hal itu disampaikan dalam sebuah laporan oleh lembaga think tank terkemuka, Australian Strategic Policy Institute yang baru-baru ini dirilis.

Pensiunan Laksamana Angkatan Laut Australia Peter Briggs, penulis laporan itu, mengatakan lingkungan strategis yang memburuk ditambah dengan geografi Australia yang unik,  mengharuskan kapal selam milik negara ini harus menempuh jarak yang lebih jauh. Hal ini menjadi dasar bahwa saatnya telah tiba untuk mengembangkan industri kapal selam nuklir yang sepenuhnya matang.

“Kapal nuklir lebih cepat, lebih bermanuver dan bisa tetap tersembunyi di bawah permukaan untuk waktu yang lebih lama, membuat mereka kurang rentan terhadap kapabilitas anti-kapal selam yang semakin mematikan, kata Briggs.

“China sedang membangun kapal selam nuklir dan konvensional,” katanya kepada The Australian Selasa 16 Oktober 2018. “Mereka menjadi lebih baik, cepat. Kami memiliki kelebihan tetapi kami harus bekerja keras untuk mempertahankannya. “

Briggs mengatakan pemerintah setidaknya harus membangun 12 kapal selam nuklir untuk menambah 12 kapal selam konvensional Short Fin Barracuda yang dipesan dari Prancis dan akan datang pada awal 2030-an.

Pada tahun 2016 pemerintah Turnbull memilih perusahaan Prancis Naval Group untuk membangun 12 kapal selam baru yang didasarkan pada kelas Barracuda. Kapal selam ini akan menggantikan enam kapal kelas Collins milik Australia.

Short Fin aslinya adalah kapal bertenaga nuklir yang kemudian diubah sebagai kapal selam konvensional untuk dijual ke Australia. Kapal selam ini dibangun dengan anggaran US$ 50 miliar, meskipun para pengkritik mengatakan biaya sebenarnya akan jauh lebih tinggi.

Angkatan Laut menyatakan bahwa kapal selam yang lebih murah dan tersedia di Eropa tidak cocok untuk kondisi Australia, yang mengharuskan kapal selam untuk melakukan perjalanan jarak yang lebih jauh.

Briggs mengatakan dia tidak mengatakan kapal selam yang sedang dibangun ini harus dibatalkan. Sebaliknya, justru menambah 12 kapal baru dengan tenaga nuklir. Dia mengatakan 12 kapal selam nuklir akan menambah kemudian menggantikan armada Short Fin Baracuda.

Briggs mengatakan kapal selam  nuklir bisa berjalan dua atau tiga kali lebih cepat dibanding kapal selam konvensional, memaksa musuh untuk berjuang untuk memburunya.

“Kapal selam nukli juga tinggal di bawah air hingga 10 minggu, sedangkan perahu konvensional harus muncul  setiap beberapa hari, atau setiap hari tergantung pada misi, untuk mengisi ulang baterai. Tenaga nuklir membuat kapal selam jauh, jauh lebih mobile dan dengan geografi dan jarak kami mereka akan memberikan keuntungan besar,”kata Briggs.