Inspektorat Jenderal Departemen Pertahanan Amerika Serikat sedang menyelidiki pelanggaran keamanan besar setelah peretas China diduga mencuri sejumlah besar data sensitif dari kontraktor Angkatan Laut.
Pejabat militer Amerika Serikat sebagaimana dilaporkan Wall Street Journal Sabtu 9 Juni 2018 menyebutkan peretas China diduga mencuri data yang berkaitan dengan sistem pertempuran kapal selam yang termasuk rencana rahasia untuk membangun rudal antikapal supersonik yang direncanakan militer Amerika untuk dipasang di kapal selam Amerika. Peretas menargetkan perusahaan tidak dikenal yang terikat kontrak dengan Pusat Undersea Naval Undersea Angkatan Laut di Newport.
Pejabat militer menolak untuk mengatakan kontraktor apa yang terlibat, dan pejabat Angkatan Laut menolak berkomentar tentang pelanggaran tersebut.
Seorang juru bicara dari kedutaan China di Washington mengatakan tidak mengetahui serangan itu. “Pemerintah China secara tegas mendukung cybersecurity, dengan tegas menentang dan memerangi semua bentuk serangan cyber sesuai dengan hukum,” kata juru bicara tersebut.
Tidak jelas apa yang akan dilakukan oleh orang-orang China dengan data tersebut, tetapi Tentara Pembebasan Rakyat China telah lama diketahui mencoba mengeksploitasi kemampuan militer Amerika atau sistem “rekayasa balik” untuk memajukan ambisinya di Asia dan sekitarnya.
Insiden itu pertama kali dilaporkan Jumat oleh Washington Post. China diduga mengambil ratusan gigabytes data yang terkait dengan program sensitif yang disebut Sea Dragon yang termasuk sinyal dan data sensor serta informasi lain yang berkaitan dengan sistem pemetaan.
Pencurian itu terjadi ketika Amerika sedang dalam hubungan tidak baik dengan China terkait perang dagang ataupun konflik Laut China Selatan.
Pencurian data, yang terjadi awal tahun ini, juga menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan militer Amerika untuk melindungi data yang dikontrol oleh kontraktor dan subkontraktor, menurut pejabat AS.
Adm. Philip Davidson, Kepala Komando Pasifik AS yang baru diangkat, menyinggung awal tahun ini tentang keinginan China menargetkan kontraktor militer Amerika untuk memajukan kepentingan mereka.
“Peperangan bawah laut adalah salah satu prioritas utama China,” katanya dalam fit and propert test di depan Komite Angkatan Bersenjata Senat pada bulan April.
“China telah memiliki rudal balistik baru dan menyerang kapal selam. Mereka juga mengejar teknologi lain untuk memberi mereka wawasan yang lebih baik ke dalam operasi kami di domain bawah laut,” katanya.
Ditanya apakah mereka mencuri teknologi militer Amerika, Laksamana Davidson mengatakan: “Saya percaya mereka mencuri teknologi di hampir setiap domain, dan mencoba menggunakannya untuk keuntungan mereka.”