Menunggu Hasil Pertikaian F-35 dan Rudal Rusia Yang Telah Dimulai di Timur Tengah
F-35 dan F-16 Israel

Menunggu Hasil Pertikaian F-35 dan Rudal Rusia Yang Telah Dimulai di Timur Tengah

Israel telah menerbangkan F-35 ke dalam pertempuran, yang berarti Joint Strike Fighter memulai sebuah pertempuran melawan radar dan senjata anti-pesawat buatan Rusia yang dirancang untuk menjatuhkannya.

Kita tidak tahu persis apa yang F-35 lakukan di Timur Tengah, di mana Israel hanya mengatakan mereka menjadi negara pertama yang menerbangkan Joint Strike Fighter ke dalam pertempuran. Tapi kita tahu ini adalah pertenpuran yang lama ditunggu-tunggu antara jet puncak teknologi perang Amerika dan Rusia. Dan itu terjadi di Timur Tengah.

Pesawat tempur F-35 dan peralatan yang dirancang Rusia untuk menembaknya jatuh — dirancang untuk saling berhadapan

Sampai sekarang, tidak ada senjata permukaan ke udara S-300 ataupun S-400 yang pernah ditembakkan ke sasaran dalam situasi tempur sebenarnya.  Lightning II masih dalam pengujian, dan debut kekuatan perang jaringannya masih akan bertahun-tahun lagi.

Pertarungan mereka dinanti dan selama ini yang terjadi barulah perang kata-kata dan klaim antara pengkritik, insinyur, salesman, dan wartawan. Tetapi medan pertempuran sebenarnya jauh dari kata-kata..

Tetapi di Timur Tengah kini pertarungan sedang berlangsung. F-35 telah menjadi sasaran kritik banyak ahli selama perjalanan panjangnya yang mendorong pesawat ini menjadi program senjata paling mahal dalam sejarha Pentagon.

s-300

Selain itu kritikus Amerika juga mencerca kemampuannya. Apalagi kritik selalu dikaitkan dengan upaya Rusia, yang menjual rudal anti-pesawat canggih mereka.

Rusia juga terus mengklaim kehebatan rudal pertahanan udara mereka baik S-300 maupun S-400 yang diyakini dapat melacak dan menghancurkan target siluman. Viktor Ozherelev, Kepala Divisi di perusahaan Almaz-Antey, bahkan mengklaim pada pameran senjata 2007 bahwa “orang Amerika tahu program siluman mereka telah gagal.”

Mungkin pernyataan Ozherelev tersebut sedikit hiperbola, tetapi memang benar bahwa Rusia telah mendigitalkan sistem lama dan memasang pencari baru ke hulu ledak, membuat peralatan yang lebih tua menjadi lebih menakutkan.

Banyak sistem anti-pesawat yang ditingkatkan tersebut berada di gudang senjata Suriah, termasuk baterai S-200 dan self-propelled Buk-M2E serta Pantsir S1. Ketika peralatan baru memasuki medan perang di Timur Tengah, ia membawa potensi untuk mengubah keseimbangan.

Radar yang didigitalkan dapat menghubungkan banyak sistem guna mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang apa yang akan terjadi, dan apa yang ada di langit.

Semua ini memunculkan pertanyaan dan juga keraguan apakah F-35 masih bisa bertahan hidup di tengah kepungan senjata Rusia.

Insinyur merancang F-22 agar tidak terlihat pada banyak panjang gelombang dan dari berbagai arah. Berbeda dengan Lightning II yang tidak menawarkan kemampuan melawan berbagai jenis gelombang yang menyerang dari berbagai arah.  F-35 tidak memiliki desain kurva ala F-22 Raptor yang menutupi pesawat dari radar di semua sudut. Ketika radar berasal dari samping, hasilnya lebih kuat.

Carlo Kopp, analis dari grup Air Power Australia, telah menulis bahwa Lightning II “terbukti bukan pesawat siluman yang sesungguhnya.” Dia mengklaim gelombang radar akan memantul di antara titik sayap dan badan pesawat dengan cara yang dapat dideteksi jika pesawat dipindai dari arah mana pun kecuali ke depan.

Pembuat pesawat saingan di Eropa mengklaim bahwa radar pesawat yang kuat dapat mendeteksi F-35 yang datang — bahkan langsung — jika beberapa pesawat lawan bekerja sama dalam pemindaian.

Kemampuan siluman menjadi bagian yang kerap dikorbankan dalam membangun F-35. Sangat berbeda dengan F-22. Permukaan F-22 terbuat dari aluminium, yang tercakup dalam RAM (radar-absorbent materia) yang harus selalu diperbarui kembali.  Hal ini menjadi mimpi buruk bagi awak pemeliharaan.

Sementara F-35 terbuat dari komposit serat karbon, dan insinyur Lockheed memasang RAM ke dalam bagian pesawat dalam upaya untuk menyerap radar masuk.

NEXT: HANYA BUTUH SATU KORBAN UNTUK MENGHANCURKAN REPUTASI F-35