Berbicara di sebuah konferensi di Tel Aviv, seorang mantan kepala intelijen Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Aharon Zeevi Farkas, mengatakan bahwa setidaknya 10.000 satelit akan membantu negara itu menyediakan pengawasan video konstan di Timur Tengah pada tahun 2025.
Sebagaimana dilaporkan Jerusalem Post Kamis 17 Mei 2018 hal ini akan memungkinkan tentara Israel untuk melakukan pembunuhan terarah kepada target kapan saja dan di mana saja.
Farkas menekankan merujuk pada peningkatan cepat kemampuan intelijen Israel, pada saat yang sama dia mengakui bahwa kekuatan darat negara itu belum dikembangkan dalam aspek ini.
Farkas mengatakan bahwa meski Israel memiliki supremasi di udara, negara ini tidak memiliki supremasi dalam peperangan darat.
“Kami tidak akan bisa menghentikan roket yang menyerang kami sampai kami mendapatkan supremasi perang darat,” tambahnya menekankan pentingnya data intelijen selama operasi militer.
Pernyataannya datang setelah seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel mengatakan bahwa pesawat Israel telah menyerang target Hamas di Gaza utara yang digambarkan Tel Aviv sebagai provokasi Hamas di dekat kota perbatasan Sderot.
Perkembangan itu terjadi di tengah protes massal warga Palestina di Jalur Gaza, yang meletus pada peringatan 70 tahun pendirian Israel dan pembukaan Kedutaan Besar Amerika di Yerusalem.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina sebanyak 61 orang Palestina tewas dan lebih dari 2,700 terluka dalam bentrokan yang terjadi dengan pasukan keamanan Israel.
Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman menyalahkan para pemimpin Hamas yang menodorng kekerasan di Gaza. Sementara juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan bahwa Moskow mendesak semua pihak yang terlibat konflik untuk menahan diri dan menghindari peningkatan hal-hal lebih jauh.
Dia menambahkan bahwa sikap Rusia pada status Yerusalem tetap tidak berubah dan bahwa Moskow terus berdiri untuk solusi dua negara.