Menanggapi kekerasan yang terus berlangsung di Israel terhadap demonstran Palestina di Gaza, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan memanggil kembali duta besar negaranya untuk Amerika Serikat dan Israel pulang dan menuduh Israel sebagai ” negara teror ” dan “genosida.”
Menurut laporan, Erdogan menarik para duta besar untuk konsultasi atas tindakan brutal Israel terhadap protes yang berlangsung di bulan Maret di Jalur Gaza, yang mencapai puncaknya pada Senin 14 Mei 2018 ketika sedikitnya 55 orang Palestina tewas ketika memprotes pembukaan kedutaan Amerika di Jerusalem. Hampir 3.000 warga Palestina telah terluka dalam protes sejauh ini.
“Turki akan bereaksi dengan keras. Kami telah menarik duta besar kami dari Washington dan Tel Aviv untuk berkonsultasi,” kata Erdogan di NTV Television selama kunjungannya ke Inggris.
“Kami juga mengusulkan untuk mengadakan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB. Kami akan mengadakan pembicaraan dengan banyak pemimpin.” Erdogan juga mengumumkan periode berkabung nasional tiga hari bagi para korban Palestina.
Bentrokan antara Palestina dan pasukan Israel dimulai pada 30 Maret. Ismail Radwan, seorang tokoh senior Hamas yang memimpin kampanye, mengatakan kepada AP bahwa protes akan terus berlanjut terhadap Israel “sampai hak-hak orang Palestina tercapai.”
Afrika Selatan juga memanggil duta besarnya untuk Israel pada hari Senin. Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri negara tersebut mengatakan bahwa duta besarnya untuk Israel akan ditarik “sampai pemberitahuan lebih lanjut.”
Pemerintah Afrika Selatan sebelumnya telah mengkritik hubungan Israel dengan Palestina sebagai “satu-satunya negara di dunia yang dapat disebut negara apartheid.”