Presiden Suriah Bashar Assad memperkirakan diperlukan dana hingga $ 400 miliar atau sekitar Rp5.632 triliun (dengan kurs Rp14.080) untuk membangun kembali Suriah akibat perang. Namun dia mencatat angkanya akan bisa lebih besar lagi karena di sejumlah wilayah konflik masih terus terjadi.
“Butuh ratusan miliar, minimal US$200 miliar dan bisa mencapai sekitar US$400 miliar dolar. Mengapa tidak pasti? Karena beberapa daerah masih di bawah kendali teroris, jadi kami tidak bisa memperkirakan dengan tepat seberapa. Tapi kurang lebih segitu, “kata Assad dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Yunani Kathimerini Kamis 10 Mei 2018. Assad menggunakan istilah teroris untuk menyebut kelompok yang melawan kekuasaannya.
Pada bulan April 2018, Assad mengatakan bahwa diperlukan setidaknya 10-15 tahun untuk memulihkan infrastruktur Suriah, dengan catatan bahwa perusahaan-perusahaan Rusia akan diprioritaskan dalam kontrak-kontrak rekonstruksi. Pada saat yang sama, China juga telah menyatakan minatnya dalam upaya rekonstruksi.
Suriah telah dilanda perang sipil sejak 2011, dengan pasukan pemerintah berperang melawan sejumlah kelompok oposisi dan ISIS. Perang telah menghasilkan bencana kemanusiaan, dengan lebih dari 13 juta warga Suriah saat ini membutuhkan bantuan kemanusiaan, dan lebih dari 7 juta orang mengungsi.
Assad kembali mengecam Amerika yang menurutnya, satu-satunya misi Washington di Suriah adalah untuk mendukung teroris dan menghancurkan negaranya.
“Jika dia berbicara tentang menghancurkan Suriah, tentu saja, itu adalah misi lain yang tercapai. Sementara jika Anda berbicara tentang memerangi terorisme, kita semua tahu dengan jelas bahwa satu-satunya misi yang dilakukan Amerika Serikat di Suriah adalah mendukung para teroris, terlepas dari nama-nama mereka, atau nama-nama faksi mereka, “kata Assad.
Ditanya tentang potensi pertemuan dengan Trump, presiden Suriah mengatakan bahwa dia tidak berpikir bahwa Damaskus dapat mencapai kompromi di bawah pemerintahan Amerika saat ini.
“Apa yang bisa kita capai dengan seseorang yang mengatakan sesuatu sebelum kampanye, dan melakukan yang sebaliknya setelah kampanye, siapa yang mengatakan sesuatu hari ini, dan melakukan yang sebaliknya besok, atau mungkin di hari yang sama?” Assad menekankan.
Selama kampanye pemilihannya, Trump berjanji untuk fokus pada perang melawan teroris di Suriah bukannya mengusir pemerintah di Damaskus. Namun, sejak Trump menjabat pada Januari 2017, Amerika Serikat telah melatih dan memperlengkapi pasukan oposisi bersenjata Suriah di kamp-kamp yang terletak di zona 34 mil di sekitar pangkalan militer Amerika dekat pos pemeriksaan Suriah At-Tanf.
Selain itu, Amerika Serikat melakukan serangan rudal terhadap pasukan pemerintah Suriah dua kali berdasarkan dugaan tentang serangan kimia pemerintah yang menargetkan warga sipil di Suriah. Damaskus telah berulang kali menyangkal semua tuduhan yang dibuat tanpa bukti.