Beberapa waktu lalu Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim telah berhasil mendapatkan salah satu rudal Amerika yang digunakan selama serangan udara ke Suriah baru-baru ini. Ruda itu didapatkan dalam kondisi nyaris utuh.
“Mereka sekarang sedang diperiksa oleh para ahli kami,” kata Kolonel Jenderal Sergey Rudskoy. “Hasil dari pekerjaan ini akan digunakan untuk meningkatkan senjata Rusia.”
Amerika membantah mentah-mentah klaim Rusia tersebut dan mengatakan tidak ada bukti rudal mereka gagal di perjalanan dan bisa didapatkan dalam kondisi baik.
Mana yang benar dari klaim mereka? Hanya mereka sendiri yang tahu. Tetapi mari kita berandai-andai, jika benar Rusia mendapatkan rudal Amerika dalam kondisi baik lantas apa yang akan didapat oleh Moskow? Bukankah rudal Rusia sendiri juga sudah berfungsi dengan baik?
Setiap rudal yang ditembakkan ke musuh, secara harfiah berarti dia dibuang dan tidak akan diambil lagi. Berbeda jika ada pesawat mereka yang jatuh di wilayah musuh, maka upaya untuk merebut bangkai pesawat itu akan dilakukan. Jika tidak bisa, maka menghancurkan dengan rudal adalah pilihan yang lebih baik dilakukan.
Karena rudal memang dilepaskan untuk tidak diambil lagi maka senjata ini dirancang dengan tidak mungkin membawa terlalu banyak rahasia.
Tetapi memang ada beberapa bagian perangkat keras dalam sebuah rudal modern yang dapat dieksploitasi oleh musuh.
Hal ini telah pernah terjadi sebelumnya. Yang paling terkenal adalah ketika insinyur Soviet merekayasa rudal udara ke udara Sidewinder. Kasus lain, pada tahun 1998, enam rudal Tomahawk jatuh di Pakistan saat ditembakkan ke pangkalan-pangkalan Afghanistan yang dioperasikan oleh Osama bin Laden.
Para ilmuwan Pakistan dan China dilaporkan meneliti rudal-rudal itu dan digunakan sebagai pelajaran dalam program senjata mereka sendiri.
Tetapi nilai nyata dari sebuah rudal yang ditangkap tidak terletak pada kemampuan untuk menirunya dengan membangun rudal itu. Hal yang paling penting adalah ketika musuh bisa menangkap rudal utuh, maka mereka bisa mempelajari senjata itu untuk mencari cara menembaknya jatuh.
Amerika memiliki apa yang dikenal sebagai Lab Jam BAE Systems di Nashua, New Hampshire. Di sana, para ahli bekerja untuk menggagalkan rudal anti-pesawat yang dapat menargetkan pesawat militer dan sipil. Lembaga ini lahir di era Perang Dingin dan terus aktif hingga sekarang.
BAE tidak membeli sistem anti-udara dari vendor Rusia atau China. Yang mereka lakukan adalah bagaimana mendapatkan senjata itu secara diam-diam baik bekerjasama dengan negara yang memilikinya atau mendapatkan dari intelijen yang mendapatkan rudal dari lapangan. Rudal-rudal yang ditangkap ini menjadi sasaran akhir dari pengujian tanpa henti.
Upaya pertama yang dilakukan pada rudal yang ditangkap tersebut adlah diikat ke testbed sehingga insinyur dapat mempelajari perintah bahwa sistem pengarahannya relay ke sirip kemudi. Peneliti laboratorium menentukan bagaimana rudal melacak targetnya, dan setiap metode baru diungkapkan oleh pembedahan elektronik ini.
Penilaian pertama ini hanyalah awal dari “undink” yang panjang dari rudal tawanan itu. Berulang kali, otak rudal melewati akuisisi target. Ribuan simulasi memungkinkan peneliti mengubah variabel dan tes ulang selama bertahun-tahun jika diperlukan. Rudal yang ditangkap juga digunakan sebagai tikus percobaan penanggulangan.
Orang-orang Rusia memiliki rudal jelajah mereka sendiri. Bahkan, mereka telah membuktikan senjata-senjata itu bekerja dengan baik ketika meluncurkan salvo rudal jarak jauh Kalibr dari kapal perang di Laut Kaspia ke target di Suriah.
Rusia tentu memiliki laboratorium yang mirip dengan BAE di mana para perisetnya dapat memeriksa para pencari yang tidak rusak atau antena komunikasi dari Tomahawk dan menguji pertahanan mereka terhadap teknologi Amerika.
Antena dapat diuji kelemahannya untuk jamming, detail mesin dapat membantu mendeteksi dengan inframerah, dan data navigasi onboard dapat digunakan untuk menginformasikan penempatan radar pertahanan.