Kepala Komando Operasi Khusus Amerika Jenderal Raymond Thomas mengatakan ada pihak yang melancarkan serangan peperangan elektronik terhadap pesawat tempur AC-130 Angkatan Udara Amerika yang beroperasi di Suriah. Tidak disebutkan negara mana yang melakukan serangan tetapi hampir pasti adalah pendukung Suriah. Bisa Iran, bisa Rusia.
Pernyataan tersebut menjadi laporan terbaru yang menyoroti meningkatnya ancaman gangguan jamming dan serangan non-kinetik lainnya terhadap aktivitas militer Amerika di wilayah tersebut dan secara umum.
Jendral Raymond Thomas mengungkapkan rincian tersebut saat menjadi keynote speech di Geospatial Intelligence Foundation’s 2018 GEOINT Symposium baru-baru ini.
Sebagaimana dilaporkan The War Zone Rabu 25 April 2018 pejabat yang bertanggung jawab atas semua kegiatan operasi khusus Amerika, menggambarkan beberapa tantangan yang dihadapi operatornya dalam mengirim dan menerima informasi intelijen dan informasi penting lainnya di seluruh medan perang.
“Saat ini di Suriah, kami berada di lingkungan EW [electronic warfare] paling agresif di planet ini dari musuh kami, ”kata Thomas. “Mereka menguji kami setiap hari, mengganggu komunikasi kami, mematikan AC-130, dan sebagainya.”
Laporan lain menyatakan bahwa jenderal sebenarnya juga merujuk pada pesawat perang elektronik EC-130H Compass Call Amerika.
Untuk kru AC-130, musuh yang mengganggu sistem komunikasi atau sambungan data mereka bisa sangat berbahaya bagi operator khusus Amerika dan mendukung pasukan konvensional dan orang-orang yang tidak bersalah.
Pesawat tempur sangat bergantung pada sistem tersebut untuk membantu menemukan dan mengidentifikasi target secara positif dan kemudian mengoordinasikan serangan mereka dengan pesawat berawak dan tak berawak lainnya serta pengendali udara taktis bersama di darat.
Tanpa alat tambahan itu, sangat sulit bagi kru untuk membedakan antara pasukan teman dan lawan, dan warga sipil, dalam panasnya baku tembak. Hal ini terutama terjadi pada malam hari, ketika AC-130 hampir beroperasi sendirian dan ketika personel Amerika meminta dukungan di mana mereka mungkin berada sangat dekat dengan target yang diserang.
Ini bisa memaksa pesawat tempur untuk membatalkan serangan atau menunda bantuan tembakan yang sangat dibutuhkan. Jika kru harus meneruskan misinya, mereka bisa melakukannya dengan risiko yang meningkat.
Contoh nyata terjadi ketika serangan militan bersenjata pada pasukan Amerika dan Niger pada Oktober 2017. Jet tempur multi-peran Mirage Prancis yang tiba di atas kepala tidak berani menyerang pejuang musuh karena takut menyerang teman sendiri yang “tumpang tindih” dengan militan.
Pada bulan Oktober 2015, sebuah pesawat tempur Ac-130U Spooky secara tidak sengaja menghancurkan sebuah rumah sakit di Kunduz, Afghanistan. Penyelidikan menunjukkan bahwa hubungan data kunci pada pesawat tidak berfungsi pada saat itu dan bahwa operator khusus Amerika di darat yang beberapa blok dari target yang dituju telah memutuskan untuk mencoba dan menyampaikan target dengan menggunakan deskripsi verbal dari sebuah bangunan. Mereka tidak bisa melihat secara fisik target yang dituju.
Contoh lain adalah insiden salah tembak di Afghanistan pada tahun 2014 dilakukan pembom B-1 yang secara tidak sengaja menewaskan lima orang Amerika.
Jamming penerima GPS juga bisa lebih merusak kemampuan senjata untuk secara akurat menyerang target. AC-130W Stinger II, salah satu pesawat yang terbang di atas Suriah dan Irak, sangat bergantung pada amunisi yang dipandu dengan presisi yang dipandu jenis GPS seperti GBU-39 / B Small Diameter Bomb (SDB). Jika terjadi serangan elektronik, hal ini menjadikan risiko tinggi terjadi salah sasaran.