Balas Sanksi, Rusia akan Stop Penggunaan An-124 Ruslan untuk NATO

Balas Sanksi, Rusia akan Stop Penggunaan An-124 Ruslan untuk NATO

Maskapai kargo Rusia Volga-Dnepr dilaporkan akan menghentikan penggunaan pesawat Antonov An-124 Ruslan untuk NATO dan negara-negara anggota Uni Eropa. Langkah ini diambil sebagai balasan atas sanksi Amerika kepada Moskow.

Kabar tersebut pertama muncul dari laporan majalah bisnis mingguan Prancis Challenges yang mengutip sumber mereka. Penghentian ini bisa dilakukan sebelum akhir tahun ini.

Menurut laporan tersebut keputusan mencabut pengiriman pesawat adalah tanggapan Rusia terhadap sanksi baru yang dijatuhkan oleh Washington.

Moskow belum mengomentari laporan media tentang dugaan langkah yang dideskripsikan oleh majalah Prancis sebagai tindakan balasan terhadap sanksi Barat yang diberlakukan terhadap Rusia.

Volga-Dnepr telah menggunakan 17 pesawat jumbo Ruslan untuk pakta pertahanan atlantik utara. Laporan itu memperingatkan bahwa keputusan Volga-Dnepr akan menjadi pukulan serius bagi militer Prancis, yang sangat bergantung pada Rusia untuk mengangkut helikopter dan tank.

Pada tahun 2006, Antonov Airlines dari Ukraina dan Volga-Dnepr Rusia bergabung sebagai bagian dari proyek Strategic Airlift International Solution (SALIS) untuk menggunakan An-124-100 kepada anggota NATO dan negara-negara UE lainnya untuk mendukung misi perdamaian dan program kemanusiaan di seluruh dunia.

Dibangun Soviet pada tahun 1982. Mengunakan 4 mesin Ivchenko Progress D 18T Turbonfan. Salah satu pesawat angkut militer terbesar di dunia.

Pesawat ini pertama terbang tahun 1982. Dimiliki angkatan udara Rusia, Antonov Airlines dan Volga Dnpr Airlines. Hanya 55 pesawat ini yang dibuat.

Awal bulan ini, Amerika Serikat meluncurkan serangkaian sanksi baru terhadap Rusia yang menargetkan beberapa pengusaha terkemuka, perusahaan, bank, serta sejumlah pejabat senior.

Pada 15 April, utusan Washington untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan bahwa Amerika berencana memberlakukan sanksi tambahan terhadap Rusia, tetapi, menurut beberapa sumber, Presiden Donald Trump memutuskan untuk menundan sanksi terbaru tersebut.

Sejak pecahnya Uni Soviet pada 1991, NATO telah memperluas pengaruh dan keanggotannya ke arah timur dengan sepuluh negara Pakta Warsawa kini telah bergabung dengan aliansi tersebut.