Dua Senjata Amerika Debut di Serangan Suriah, dan Sepertinya Bekerja Sempurna

Dua Senjata Amerika Debut di Serangan Suriah, dan Sepertinya Bekerja Sempurna

Serangan rudal besar-besaran yang dilakukan oleh Amerika, Inggris, dan Prancis ke Suriah 14 April 2018 lalu diklaim Pentagon mencapai tiga target yang diduga terkait dengan program senjata kimia pemerintah Suriah. Serangan disebut sebagian besar berhasil.

Letnan Jenderal Kenneth McKenzie, Direktur Staf Gabungan, menggambarkan operasi itu sebagai “tepat, luar biasa, efektif,” dan mengatakan bahwa secara signifikan melumpuhkan kemampuan senjata kimia pemerintah Suriah.

Jenderal Marinir ini mengatakan secara keseluruhan, 105 senjata menghantam Pusat Penelitian dan Pengembangan Barzah di luar Damaskus, Bunker Shinshar-Nya, dan tempat penyimpanan dekat Homs.

“Secara bersama-sama  serangan-serangan ini mampu membanjiri sistem pertahanan udara Suriah,” katanya.

McKenzie juga mengatakan bahwa pertahanan udara Suriah menembakkan hingga 40 rudal permukaan-ke udara “tanpa bimbingan,” dan sebagian besar rudal tidak efektif karena tidak berhasil menembak jatuh pesawat Amerika atau melindungi target.

Dalam misi ini, Amerika untuk pertama kalinya menurunkan dua senjata terbarunya. Yang pertama adalah Joint Air-to-Surface Standoff Missile-Extended Range atau JASSM-ER, dan kapal selam serang nuklir kelas Virginia. KEduanya membuat debut tempur mereka selama operasi dan tampaknya melakukan tugasnya dengan sempurna.

Sebuah pembom B-1 menjatuhkan Rudal JASSM.

JASSM adalah rudal jelajah diluncurkan udara yang dibangun Lockheed Martin. Biasanya dijatuhkan dari bomber seperti B-1B Lancer atau B-2 Spirit, tetapi juga dapat dibawa oleh F-15 dan F-16.

Kemampuan serangnya memungkinkannya untuk diluncurkan jauh dari targetnya, yang berarti pesawat mungkin tidak perlu memasuki wilayah udara yang tidak bersahabat. Juru bicara Angkatan Udara Letnan Kolonel Damien Pickart mengatakan kepada Military.com bahwa B-1B mampu “meluncurkan senjata yang mematikan dari luar wilayah udara Suriah.”

JASSM memiliki jangkauan 200-500 mil laut, dengan membawa hulu ledak 1.000 pound  dengan daya ledak tinggi dan dapat menyerang 10 kaki dari targetnya, dan badan rudal yang stealth membuatnya “sangat sulit untuk dikalahkan.”

Rudal itu telah beroperasi sejak 2009, dan setidaknya 2.000 rudal telah dikirim ke Angkatan Udara amerika. Mereka juga digunakna Australia, Finlandia, dan Polandia.

Sebanyak 19 JASSM diluncurkan dari pembom B-1 pada serangan ke Suriah dan semuanya melanda Pusat Penelitian Barzah. Para pengebom terbang dari Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar dengan pengawalan EA-6B Prowlers yang dirancang untuk peperangan elektronik.

Kelas Virginia

Sementara kapal selam serangan nuklir kelas Virginia adalah salah satu kapal selam yang paling canggih di dunia saat ini.

Dibuat oleh General Dynamics Electric Boat dan Huntington Ingalls Industries, kapal selam serang nuklir kelas Virginia adalah salah satu kelas kapal selam terbaru di Angkatan Laut Amerika  dan dianggap oleh beberapa orang sebagai salah satu kapal selam yang paling tenang dalam pelayanan.

Kapal ini memiliki 12 tabung rudal peluncuran vertikal yang dapat menembakkan 16 rudal jelajah Tomahawk serta empat tabung torpedo 533mm.

Kapal selam kelas Virginia, USS John Warner, adalah salah satu dari empat kapal Angkatan Laut amerika yang mengambil bagian dalam operasi Suriah dengan menembakkan enam Tomahawks. Kapal-kapal lain adalah kapal penjelajah kelas Ticonderoga, USS Monterey, dan kapal perusak Arleigh Burke USS Higgins dan USS Laboon.

USS Laboon dan USS Monterey menembakkan 37 rudal jelajah Tomahawk dari Laut Merah, sementara USS Higgins menembakkan 23 dari Teluk Persia.

Warner adalah satu-satunya kapal Angkatan Laut Amerika yang menembakkan senjata dari Laut Mediterania, tempat Rusia dilaporkan memiliki kehadiran angkatan laut yang cukup besar.

Sebelum serangan, mantan laksamana angkatan laut Rusia mengatakan angkatan laut Rusia akan menenggelamkan USS Donald Cook, perusak rudal yang dibawa ke Mediterania, jika melakukan serangan terhadap Suriah.

Pada akhirnya, Cook tidak menembak, dan Warner, kapal selam, menembakkan rudal sambil terendam, menjadikannnya jauh lebih sulit untuk dilacak dibandingkan perusak yang beroperasi di permukaan.