Pejabat Gedung Putih mengatakan faktor terbesar pemecatan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson pada Selasa 13 Maret 2018 adalah pandangannya mengenai Korea Utara, yang sering bertentangan dengan strategi Presiden Donald Trump.
Menurut sebuah laporan CNN yang mengutip sumber menyebutkan sehari setelah Trump menerima undangan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk bertemu, Tillerson terbangun di kamar hotelnya karena ada telepon dari Kepala Staf Gedung Putih John Kelly.
Kelly kemudian dilaporkan memberitahu Tillerson bahwa masa jabatannya sebagai Menteri Luar Negeri sudah berakhir.
Beberapa jam sebelum Trump membuat keputusannya untuk menerima undangan Kim, Tillerson mengatakan bahwa Amerika masih “jauh dari negosiasi.”
Bukan kali ini saja kedua orang tersebut berbeda pendapat soal Korea utara. Pendekatan Tillerson, dalam berurusan dengan Korea Utara dilaporkan telah menggagalkan keinginan Trump untuk memberlakukan “tekanan maksimum” pada rezim tersebut.
Tillerson, yang menentang “perubahan rezim” dan “penyatuan kembali semenanjung yang dipercepat,” menganjurkan jalan diplomatik untuk mengurangi perang verbal antara Gedung Putih dan Korea Utara.
“Mari kita bertemu – kita bisa berbicara jika Anda mau,” kata Tillerson pada bulan Desember. “Kita bisa membicarakan apakah itu akan menjadi meja persegi atau meja bundar jika itu yang Anda sukai. Tapi setidaknya kita bisa duduk dan saling bertatap muka.”
Sementara itu, Trump terus melakukan serangan terhadap Korea Utara dalam berbagai pidato dan tweet. Pada satu titik, Trump tampaknya mencemooh Tillerson atas pendekatan diplomatiknya.
“Saya mengatakan kepada Rex Tillerson, Menteri Luar Negeri kita yang luar biasa, bahwa dia menyia-nyiakan waktunya untuk bernegosiasi dengan Little Rocket Man ,” kata Trump, mengacu pada nama panggilan untuk Kim, di Twitter pada bulan Oktober.
Direktur CIA Mike Pompeo, pengganti pengganti Trump untuk Tillerson, telah mempertahankan hubungan yang lebih kuat dengan Gedung Putih daripada pendahulunya, terutama mengenai hubungan Korea Utara. Strategi Pompeo di Korea Utara tampaknya memiliki panjang gelombang yang sama dengan Trump daripada Tillerson.
“Saya pikir cukup jelas bahwa Mike Pompeo berada di halaman yang sama, secara filosofis, dengan Presiden Trump,” kata mantan Direktur Intelijen Nasional James Clapper mengatakan kepada CNN pada hari Selasa.