Setelah Amerika Serikat mengancam akan menyerang Suriah jika pemerintah Basar Assad dan militer Rusia terus menyerang Ghouta, Moskow menggerakkan sebuah frigat yang bersenjatakan rudal Kalibr ke Mediterania.
Frigat Admiral Essen dirancang untuk berperan dalam peperangan anti-kapal dan anti-kapal selam di laut lepas. Kapal juga dilengkapi dengan kemampuan untuk menetralisir pesawat musuh, baik secara independen maupun sebagai kapal pendamping.
Kapal ini bergerak dari pangkalannya di Laut Hitam menuju Mediterania pada 13 Maret 2018. Kantor Berita Rusia Ria Novosti melaporkan Admiral Essen juga dilengkapi dengan rudal jelajah Kalibr-NK, menurut Ria Novosti.
“Frigate Admiral Essen dari Armada Laut Hitam Rusia telah memulai pelayaran pertamanya di tahun 2018. Sesuai dengan rencana rotasi, Admiral Essen saat ini sedang dalam perjalanan dari Sevastopol ke Selat Hitam. Untuk awak kapal perang, ini adalah yang pertama melakukan misi ke zona laut yang jauh tahun ini,” kata juru bicara Armada Laut Hitam Vyacheslav Trukhachev kepada Sputnik.
Terlepas dari rudal Kalibr, kapal frigat tersebut dipersenjatai dengan sistem rudal permukaan ke udara Shtil-1, senapan artileri otomatis 100mm A 190, peluncur roket antikapal selam dan torpedo.
Kapal ini berukuran panjang 124,8 meter dan memiliki bobot 3.620 ton. Pada tahun lalu, kapal ini juga dikirim ke Laut Mediterania dan melakukan serangan darat ke target ISIS.
Sebelumnya Duta Besar Amerika serikat untuk PBB, Nikki Haley, mengecam Rusia dan memberikan peringatan ke Dewan Keamanan PBB pada hari Senin 12 Maret 2018, dengan mengatakan bahwa jika masyarakat internasional tidak dapat bersatu untuk menghentikan pertumpahan darah di Suriah, Amerika yang akan melakukannya.
Pernyataan Haley menyusul pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Senin bahwa Perancis akan melancarkan serangan terhadap fasilitas Suriah yang digunakan untuk melancarkan serangan senjata kimia, sama seperti yang dilakukan Amerika pada April 2017.
Pernyataan Haley sangat pedas terhadap Rusia, anggota tetap dewan keamanan. Rusia, menurut Haley, merundingkan celah kesepakatan gencatan senjata yang dilakukan oleh Dewan Keamanan pada bulan Februari.
Haley kemudian mengatakan bahwa Rusia telah menggunakan celah tersebut untuk melakukan serangan terencana, mungkin dengan senjata kimia, pada populasi sipil yang secara sengaja secara salah dikategorikan sebagai teroris.
“Rusia membuat komitmen kepada kita, kepada orang-orang Suriah, dan dunia untuk menghentikan pembunuhan di Suriah,” kata Haley tentang gencatan senjata Dewan Keamanan Februari di Suriah. “Hari ini kita tahu orang Rusia tidak menjaga komitmen mereka. Kami melihat tindakan mereka tidak sesuai dengan komitmen karena mereka terus menjatuhkan bom ke anak-anak Ghouta timur. “