Bisa Membeli Su-27 Adalah Anugerah Besar Bagi China
Su-27 China

Bisa Membeli Su-27 Adalah Anugerah Besar Bagi China

Sukhoi Su-27 Flanker tidak pernah direncanakan untuk ekspor saat awalnya dikembangkan. Tidak seperti sepupunya yang lebih ringan, MiG-29.

Namun, sejak disetujui untuk diekspor, Flanker telah menjadi salah satu jet tempur paling populer di kawasan Asia. Pelanggan pertama untuk Su-27 adalah China, yang mendapatkan kesepakatan pengadaan saat Uni Soviet masih ada. Tapi bagaimana Beijing bisa akhirnya menaklukkan Moskow untuk menjual jet tempur tersebut?

Awal kesuksesan ekspor Su-27 dimulai dengan pencairan hubungan Sino-Soviet pada tahun 1989. Selama kunjungan Gorbachev ke China pada bulan Mei 1989, gerakan dilakukan untuk membuka kembali perdagangan militer Sino-Soviet.

Hal ini diikuti oleh sebuah wawancara yang diterbitkan di sebuah majalah pada bulan September 1989 yang menyatakan bahwa tidak akan ada hambatan politik bagi China untuk mengakuisisi pesawat tempur MiG-29.

Pada bulan Mei 1990, sebuah delegasi China mengunjungi Uni Soviet untuk membahas akuisisi pesawat terbang tingkat lanjut. Delegasi ini melihat demonstrasi MiG-29, Su-27 dan berbagai helikopter.

Soviet berusaha menawarkan MiG-29 ke delegasi China. Namun, setelah melihat demonstrasi, delegasi China menginginkan Su-27. Alasannya adalah radius tempur yang lebih besar, sistem fly-by-wire canggih dibandingkan dengan kontrol hidrolik MiG-29 yang sederhana. Selain itu kinerja mesin Su-27 lebih superior baik dalam kekuatan maupun kehidupan operasional.

Pesawat ni  akan memberikan platform terbaik di mana upgrade di masa depan dapat dibangun, “basis” modern yang akan digunakan oleh pesawat taktis China generasi berikutnya.

Dengan adanya program modernisasi dan upgrade China yang signifikan untuk MiG-21 (J-7 di China )  yang diharuskan karena ketegangan Sino-Soviet yang panjang, membuat basis industri China telah mengalami perubahan signifikan dalam memperbaiki desain Soviet.

Kepemimpinan China mungkin merasa bahwa kemampuan aerodinamika superlatif Sukhoi dan kerangka pesawat yang besar membuatnya sangat sesuai untuk eksperimen dan peningkatan tersebut, dibandingkan dengan MiG.

Meski Soviet menolak, masalah ekonomi pada masa itu mungkin akhirnya memaksa Moskow menyalakan lampu hijau penjualan Su-27 ke China.

Setelah negosiasi di musim dingin tahun 1990, China menandatangani sebuah kesepakatan membeli 24 pejuang Su-27SK dan Su-27UBK . Varian K berartti Kitai. Meskipun runtuhnya Uni Soviet, Presiden Boris Yeltsin terus menghormati kesepakatan itu dan jet tempur pertama dikirim pada 27 Juni 1992.

Tapi ini tidak cukup bagi China. Menyadari kesulitan ekonomi yang dihadapi Rusia pada 1990-an, China mendorong transfer teknologi Su-27, termasuk jalur produksi penuh yang disepakati pada tahun 1995. China kemudian mulai membangun lisensi Su-27 yang dikenal sebagai J-11.

Strategi ini tampaknya telah melonjak untuk China, karena tampaknya salah satu tujuan awal adopsi Su-27 adalah memiliki “sasis” canggih di mana teknologi China dapat diadopsi dan dikembangkan.

Kita dapat melihat ini dalam pengembangan versi J-11 China dalam beberapa tahun terakhir. J-11B menampilkan radar AESA, komponen komposit, kokpit glass China dan mesin China.

J-16D merupakan usaha China untuk membuat pesawat pertempuran elektronik mirip dengan EA-18G “Growler.” Tidak seperti India, yang membuka program MMRCA untuk menemukan pesawat tempur multi peran karena dianggap Su-30MKI-nya tidak mampu menjadi multirol sejati, J-11 dapat menggunakan berbagai macam amunisi serangan darat China, termasuk small diameter bomb versi China. Peralatan Rusia telah diganti dengan mantap, dari generator oksigen hingga radar penerima peringatan.

Meskipun telah mencapai kemajuan ini, China terus mengakuisisi jet Rusia dan tidak bisa dipungkiri sebagian besar dilakukan untuk memperoleh teknologi. Salah satunya adalah akuisi versi terbaru Flanker, Su-35.

China mengakuisisi pesawat ini pada bulan Desember 2015 dan telah mulai menerima pesawt. Salah satu yang diincar China adalah mesin pesawat terbang ini, menyusul kegagalan China gagal mendapatkan lisensi untuk memproduksi bagian tertentu dan kesulitannya sendiri dalam memproduksi klon mesin Su-27SK asli untuk J-11.

Tetapi bagaimanapun keberhasilan China untuk akhirnya membeli jet tempur Su-27 Rusia adalah sebuah langkah penting negara tersebut mengembangkan dan membangun jet tempur sendiri.

Sumber: National Interest