Jika AS Keluar dari Perjanjian Nuklir, Iran Bisa Lanjutkan Pengayakan Uranium dalam 48 Jam
Fasilitas Nuklir Iran

Jika AS Keluar dari Perjanjian Nuklir, Iran Bisa Lanjutkan Pengayakan Uranium dalam 48 Jam

Iran menegaskan dapat menghasilkan uranium diperkaya lebih tinggi dalam dua hari jika Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir 2015 antara Teheran dengan enam negara nuklir.

“Jika Amerika menarik diri dari kesepakatan tersebut Iran dapat melanjutkan pengayaan uranium 20 persennya dalam waktu kurang dari 48 jam,” kata Behrouz Kamalvandi, juru bicara Organisasi Energi Atom Iran, kepada al-Alam TV Senin 5 Maret 2018.

Uranium dengan 20 persen kemurnian fissile jauh melampaui 5 persen yang biasanya dibutuhkan untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga nuklir sipil, meski masih memiliki kekurangan yang cukup tinggi, atau 80-90 persen yang dibutuhkan untuk bom nuklir.

Kamalvandi mengatakan kesepakatan tersebut – di mana Iran menahan pengayaan uraniumnya untuk membantu memastikannya hanya untuk tujuan damai dan menjamin sanksi keuangan sebagai imbalan – tidak dapat dinegosiasikan ulang, seperti yang diminta oleh Amerika Serikat.

Penandatangan kesepakatan Iran dengan Jerman, Inggris, Prancis, serta Rusia dan China berkomitmen untuk meneruskan kesepakatan tersebut.

Beberapa pejabat senior Iran pada Senin menyerukan keputusan bersama oleh negara Eropa guna melindungi kesepakatan nuklir Iran tersebut.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif pada Senin, dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian, yang sedang berkunjung, di Ibu Kota Iran mengatakan Eropa harus mendorong Amerika Serikat agar mematuhi kewajibannya berdasarkan Kesepakatan Nuklir 2015.

Selain itu, Eropa tak boleh membiarkan Amerika Serikat mengajukan tuntutan “tidak logis dan tidak sah” berkaitan dengan kesepakatan tersebut. “Kesepakatan tersebut adalah prestasi diplomatik internasional dan itu mesti dilindungi,” tekannya.

Presiden AS Donald Trump telah mengancam akan membatalkan Kesepakatan Nuklir Iran 2015 jika perubahan tidak dibuat pada kesepakatan tersebut.

Namun Zarif menyatakan kesepakatan nuklir  yang dikenal dengan nama JCPOA, adalah kesepakatan banyak pihak dan nasibnya tak bisa ditentukan sepihak oleh Washington.