Jika Menyerang Korea Utara, 10.000 Tentara AS akan Terluka di Hari-Hari Pertama
Pasukan Korea dan Amerika dalam latihan serangan amfibi

Jika Menyerang Korea Utara, 10.000 Tentara AS akan Terluka di Hari-Hari Pertama

Pemimpin militer Amerika yang menghadiri latihan rahasia di Hawaii memperkirakan perang dengan Korea Utara dapat menyebabkan sekitar 10.000 pasukan mereka terluka di hari-hari pertama perang.

The New Yorks Times dalam laporannya Kamis 1 Maret 2018 menyebutkan Tabletop Exercise (TTX), yang menguji skenario hipotetis, berlangsung beberapa hari yang dipantau langsung Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Mark Milley dan komandan Komando Operasi Khusus Jenderal Raymond Thomas.

Mengutip lusinan sumber yang mengetahui latihan tersebut Times menambahkan meski jumlah tentara yang berpotensi terluka dalam pertempuran pertama mungkin mengejutkan, korban sipil jauh lebih mengerikan karena diperkirakan akan berkisar dari ribuan sampai ratusan ribu.

Amerika memiliki sekitar 28.500 tentara di Korea Selatan, sementara ibu kota Seoul – yang berada dalam jangkauan tembakan artileri Korea Utara memiliki populasi sekitar 24 juta orang.

“Kebrutalan ini akan di luar pengalaman tentara yang pernah ikut perang dan sekarang masih hidup,” kata pejabat yang mengetahui TTX mengutip pernyataan Milley dalam laporan tersebut.

Menurut The Times, para pemimpin militer melihat berbagai faktor, termasuk berapa banyak kekuatan Operasi Khusus yang dapat digunakan untuk menargetkan lokasi nuklir di Korea Utara; apakah unit konvensional Angkatan Darat Amerika bisa berakhir dalam pertempuran di terowongan; dan metode untuk menghancurkan pertahanan udara negara tersebut untuk membuka jalan bagi pesawat Amerika.

Mereka melihat sejumlah jebakan yang bisa menghambat serangan Amerika terhadap militer Korea Utara yang telah mengakar kuat. Di antara mereka adalah kemampuan terbatas Pentagon untuk mengevakuasi pasukan yang terluka dari Semenanjung Korea setiap hari serta ancaman jika Korea Utara membalas dengan senjata kimia.

Masalah lain adalah bagaimana memindahkan ribuan tentara dan peralatan Amerika ke Semenanjung Korea. Selain itu, pejabat militer senior khawatir bahwa setelah 17 tahun di Afghanistan dan Irak, pasukan Amerika telah menjadi jauh lebih terbiasa melawan pemberontakan daripada perang darat melawan sebuah negara.

Sejumlah besar pesawat pengintai harus dipindahkan dari Timur Tengah dan Afrika ke Pasifik untuk mendukung pasukan darat. Perencana juga melihat bagaimana pasukan Amerika yang ditempatkan di Korea Selatan dan Jepang akan dilibatkan.

Pejabat Pentagon memperingatkan bahwa perencanaan tersebut tidak berarti bahwa sebuah keputusan telah dibuat.

Ketegangan antara pemimpin Korea Utara dan Amerika-Korea Selatan nampaknya telah mereda dalam beberapa pekan terakhir setelah partisipasi Pyongyang dalam Olimpiade Musim Dingin 2018 di Korea Selatan. Namun pejabat Amerika tetap skeptis terhadap tawaran diplomatik Korea Utara.

Meskipun beberapa pejabat pemerintahan Trump telah memberikan pernyataan yang bertentangan mengenai kebijakan Amerika. Trump mengatakan dia akan terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Korea Utara “hanya dalam kondisi yang benar.”

Departemen Luar Negeri Amerika memperkuat pernyataan Trump dengan mengatakan persyaratan utama yang harus dipenuhi adalah denuklirisasi.

“Kebijakan kami tidak berubah, kami telah membicarakan kebijakan ini sejak hari pertama pemerintahan ini, dan itu adalah tekanan maksimal, tapi ini juga merupakan denuklirisasi Semenanjung Korea,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Heather Nauert.