Singapura Gunakan Helikopter Apache dalam Peran Pertahanan Udara

Singapura Gunakan Helikopter Apache dalam Peran Pertahanan Udara

AH-64D Apache seperti diketahui merupakan platform yang dibangun untuk melakukan serangan darat. Tetapi Angkatan Udara Singapura memberi peran unik kepada helikopter serang terkenal tersebut.

Singapura mengkonfirmasi bahwa pihaknya menggunakan helikopter yang dibangun Boeing itu dalam peran pertahanan udara, sebagai bagian dari sistem pertahanan udara berjenjang.

“AH-64D adalah salah satu platform yang dapat dimanfaatkan oleh Force Task Force untuk melindungi Singapura terhadap spektrum ancaman udara yang luas,” kata Kementerian Pertahanan Singapura menjawab pertanyaan Defense News.

Defense News juga berbicara dengan beberapa awak Angkatan Udara Singapura di Singapore Airshow baru-baru ini, yang mengkonfirmasi penggunaan pesawat untuk pertahanan udara.

Keputusan untuk memanfaatkan Apache dalam peran semacam itu didorong oleh kelebihan Apache yang lebih lambat hingga cocok untuk mlawan target yang terbang rendah dan lamban seperti pesawat terbang ringan atau UAV. Pencegat cepat seperti jet tempur mungkin mengalami kesulitan untuk melakukan peran tersebut.

Seandainya kebutuhan itu muncul, target bisa diserang dengan ORG ATP M230 Chain Gun milik Apache. Awak Apache menolak untuk mengkonfirmasi apakah target udara dapat terdeteksi dengan radar AN / APG-78. Meskipun menurut brosur radar yang dibangun Lockheed Martin-Northrop Grumman tersebut memang dapat mencari, mendeteksi, menemukan, mengklasifikasikan dan memprioritaskan beberapa target bergerak dan stasioner di darat, udara, dan air di semua kondisi cuaca dan medan perang.

Angkatan Udara saat ini mengoperasikan 20 helikopter AH-64D, dengan delapan ditempatkan di Silverbell Army Heliport in Marana, Arizona, Amerika  dan sisanya berbasis di Singapura.

Armada tersebut ditingkatkan dengan komunikasi satelit baru, yang diyakini menggunakan sistem Elta-Israel Aerospace Industries EL/K-1891 Ku-band system dan sistem perang elektronik terpadu, yang oleh Defense News sebelumnya telah diidentifikasi berasal dari Elbit.

Singapura membentuk satuan tugas pertahanan udara pada tahun 2010 sebagai bagian dari inti kesiapan militer Singapura untuk memantau langitnya serta merespons dengan cepat dan tegas terhadap ancaman udara potensial siang dan malam.

Satuan tugas ini memanfaatkan kemampuan cross-domain dan cross-function, seperti rangkaian sensor Angkatan Udara, platform terbang dan sistem pertahanan udara berbasis darat dalam sistem pertahanan udara terintegrasi yang beroperasi sepanjang waktu.