Amerika seperti diketahui memiliki tiga armada bomber yakni B-52, B-1B dan B-2. Di antara ketiganya B-52 adalah yang paling tua dan B-2 merupakan pembom paling bungsu. Secara logika, B-52 yang harusnya paling cepat dipensiun, tetapi faktanya justru terbalik.
Angkatan Udara Amerika telah mengkonfirmasikan rencana untuk terus menerbangkan Boeing B-52H dan justru mempensiun Northrop Grumman B-2 dan Rockwell B-1 saat pembom Northrop B-21 yang sedang dikembangkan masuk layanan.
Proposal dalam permintaan anggaran Fiskal 2019 Trump akan mengkonsolidasikan armada pengebom strategis Angkatan Udara ke B-21 dan armada B-52 bermesin ulang setelah sekitar tahun 2040.
Angkatan Udara belum merilis rincian jadwal pengembangan B-21, kemampuan operasional awal dan pengiriman, namun mengatakan bahwa hanya pembom siluman baru akan diterjunkan pada pertengahan 2020an.

Pentagon berencana membeli 80-100 pembom B-21 untuk mengganti 20 B-2 dan 62 B-1 yang mereka miliki sekarang ini.
“Jika struktur kekuatan yang kami usulkan didukung oleh Kongres, pangkalan yang saat ini memiliki pembom akan memiliki pembom masa depan B-21,” kata Sekretaris Angkatan Udara Heather Wilson. “Mereka akan memiliki B-52 dan B-21.”
Armada B-52H mulai beroperasi pada tahun 1961, sembilan tahun setelah B-52A yang menjadi pesawat varian asli masuk. Rencana Angkatan Udara untuk mengganti pembom ini dengan bomber 3 Mach B-70 Valkyrie yang dibangun North America gagal total setelah program tersebut dihentikan.

Sementara biaya pengembangan dan pembangunan B-2 yang membengkak ditambah pemotongan anggaran pada awal 1990-an membuat B-52 ditakdirkan untuk terus terbang.
Meskipun pesawat ini diyakini tidak bisa bertahan di wilayah udara yang dijaga sistem pertahanan udara, B-52H masih memiliki kemampuan untuk meluncurkan rudal jelajah jarak jauh dengan hulu ledak nuklir.
Angkatan Udara berencana untuk mengganti delapan mesin Pratt & Whitney TF-33 yang digunakan pembom ini dengan mesin baru. Pada bulan Desember, Angkatan Udara Amerika merilis rincian strategi penggantian.
Kemampuan operasional awal untuk mesin B-52H dengan mesin baru dijadwalkan akan tiba pada 2029 di bawah skenario anggaran yang paling mungkin terjadi.