Israel: Sekarang Bukan Saatnya Menyalak, Tapi Waktunya Menggigit
F-16 Israel

Israel: Sekarang Bukan Saatnya Menyalak, Tapi Waktunya Menggigit

Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman menegaskan memiliki batasan untuk melakukan tindakan guna mengamankan perbatasan mereka. Hal ini disampaikan mengomentari penembakan drone Iran oleh mereka yang berbuntut pada jatuhnya F-16 Israel karena dipukul rudal Suriah.

“Tidak ada batasan, kami tidak menerima batasan apapun. Kami bertindak dengan tekad dan menanggapi setiap provokasi. Kami akan terus mempertahankan kepentingan keamanan vital kami,” katannya Selasa 13 Februari 2018.

Dia mengatakan situasi saat ini tidak sekadar membutuhkan gertakan, tetapi tindakan yang nyata. “Ini bukan saatnya untuk menyalak, tapi untuk menggigit,” kata Avigdor Liberman saat berkunjung ke kota utara Kiryat Shmona.

Menteri pertahanan menjelaskan bahwa masing-masing pihak memiliki versi sendiri tentang kejadian Sabtu 10 Februari 2018.

“Jelas bahwa masing-masing pihak memiliki kepentingan sendiri, masing-masing saling melihat gambar secara berbeda. Pada tahun-tahun perang sipil di Suriah, kita dapat menghindari gesekan langsung, dan itu adalah sebuah pencapaian tersendiri,” katanya. “Ini adalah hubungan yang efektif.”

Pernyataan ini menjadi tanggapan pertama pemerintah Israel, khususnya Menteri Pertahanan mengomentari peristiwa 10 Februari ketika Angkatan Bersenjata Israel melaporkan bahwa salah satu helikopter Apache mereka menembak jatuh sebuah kendaraan udara tak berawak Iran di atas Dataran Tinggi Golan. Wilayah ini telah menjadi pusat konflik antara Suriah dan Israel.

Menanggapi kejadian tersebut,  pesawat Israel menyeberang ke wilayah Suriah untuk menyerang pos komando yang digunakan untuk mengendalikan pesawat tak berawak tersebut. Sebagai tanggapan, sistem pertahanan udara Suriah menyerang dan menembak jatuh F-16, yang mendorong militer Israel untuk meluncurkan gelombang serangan besar untuk menyerang target lain di Suriah.

Kementerian Pertahanan Suriah, pada gilirannya, menyatakan bahwa pertahanan udaranya merespons serangan udara, yang menggagalkan agresi tersebut.

Sedangkan Iran melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri negara bagian Bahram Qasemi,  membantah kehadiran militer mereka di Suriah dan menilai klaim tentang pesawat tak berawak tersebut sebagai hal yang menggelikan.