Ekskalasi tingkat tinggi yang berujung pada jatuhnya F-16 Israel masih memunculkan sejumlah pertanyaan. Peristiwa itu diawali dengan sebuah drone milik Iran yang oleh Israel terbang di wilayah udaranya hinggga kemudian ditembak jatuh.
Israel kemudian menghancurkan kontrol drone tersebut dan dilanjutkan dengan serangan skala besar ke sejumlah target lain. Drone apa sebenarya yang diterbangkan Iran? Lantas senjata apa yang digunakan Suriah untuk melawan serangan udara skala besar Israel?
Sebuah video telah dirilis yang menunjukkan jatuhnya pesawat tak berawak Iran yang tampaknya menggunakan konfigurasi sayap terbang. Secara khusus, Iran telah bekerja untuk membangun pesawat tak berawak berbentuk serupa dengan Sentinel RQ-170 yang mereka tangkap pada tahun 2011, meskipun datang dalam berbagai ukuran dan konfigurasi.
Model varian “Simorgh” dengan baling-baling tampaknya paling sesuai dengan pesawat yang diperlihatkan dalam video yang ditembak jatuh. Tetapi karena video berkualitas rendah sulit untuk melakukan identifikasi secara lebih definitif.

Jika diperhatikan pesawat tak berawak Iran tampaknya melepaskan umpan sebelum ditembak jatuh oleh helikopter Apache AH-64. Ini menunjukkan sistem yang cukup maju.
Bagian kedua dari video tersebut menunjukkan kendaraan kontrol pesawat tak berawak yang dihancurkan oleh amunisi berpanduan Israel. Perhatikan bahwa senjata tersebut menggunakan panduan terminal man-in-the-loop yang sangat populer dengan pasukan Israel.
Setelah serangan balasan awal terhadap unit kontrol pesawat tak berawak, Israel meluncurkan sebuah paket serangan berskala besar terhadap selusin target lainnya di Suriah, termasuk empat target yang terkait dengan Iran dan tiga baterai pertahanan udara.
Pada saat serangan inilah F-16 ditembak jatuh. Kedua kru F-16I keluar dari pesawat dan dievakuasi oleh helikopter Black Hawk. Keduanya hidup tetapi salah satu kru luka parah.
Video shows #Israel military chopper transporting the 2 injured Israeli pilots who ejected from aircraft following the attack from Syria early this morning after intercepting #Iran drone pic.twitter.com/LFZtPWNm20
— Saad Abedine (@SaadAbedine) February 10, 2018
Laporan menyebutkan bahwa berbagai rudal terlibat dalam serangan anti-udara Suriah. Lusinan tembakan dipecat untuk menghalau serangan Israel. Senjata warisan era Perang Dingin SA-5 Gammon dan SA-3 Goa dilaporkan melakukan salvo.
Kedua senjata ini paling sering digunakan Suriah untuk menyerang pesawat Israel selama ini. Sistem SA-17 Grizzly-versi modern SA-11 Buk-juga dilaporkan telah terlibat.

Dengan respons pertahanan udara Suriah yang jauh lebih besar daripada biasanya, sirene serangan udara berbunyi di sekitar Dataran Tinggi Golan karena takut ada rudal atau proyektil artileri anti-pesawat terbang lainnya yang mendarat di wilayah Israel.
https://twitter.com/planesonthenet/status/962289139507920897
Pasukan Assad telah mengeksekusi tindakan berani dalam beberapa hari ini. Keterlibatan tersebut juga memberikan lebih banyak bukti bahwa Suriah telah meningkatkan kemampuan pertahanan udara mereka yang ada dan mengikat jaringan pertahanan udara mereka dengan jaringan sensor canggih Rusia.
Video from Israeli settlement of Ariel in the West Bank showing rocket interception moments ago in Northern Israel. pic.twitter.com/i1PcPUXpoS
— Israel Breaking (@IsraelBreaking) February 10, 2018
Keterlibatan SA-17 juga menarik karena sistem ini sangat mobile, dapat dioperasikan dengan cara mandiri, dan bisa “muncul” tanpa diduga hingga akan sangat membahayakan jet tempur lawan. Ada juga laporan bahwa Hizbullah telah menerima SA-17 dalam beberapa tahun terakhir.