
Operasi Afrin dan Kekacauan Kebijakan Amerika
Kebijakan Kurdi Washington telah ambigu sejak dimulainya operasi anti-ISIS yang dipimpin oleh Amerika. Di satu sisi, Amerika telah menunjuk Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah memerangi Turki sejak pertengahan 1980an, sebagai sebuah organisasi teroris – seperti halnya Uni Eropa dan Turki sendiri.
Di sisi lain, Amerika membina hubungan dengan milisi YPG Kurdi, yang dibenci oleh Ankara. Pejuang YPG terbukti efektif dalam perang melawan ISIS dan pasukan pemerintah Suriah, dan kelompok tersebut – yang didirikan oleh Partai Persatuan Demokratik Kurdi Suriah (PYD) – dengan cepat menjadi sekutu utama Amerika di tanah Suriah.
Inilah sikap tidak jelas Amerika. Dia menyebut Turki memiliki hak untuk menekan PKK yang dicap sebagai “teroris”, sementara pada saat bersamaan berpihak pada YPG.
Situasi semakin memburuk ketika Pentagon telah meluncurkan sebuah program pelatihan untuk penjaga perbatasan Kurdi dan Arab di Suriah untuk mencegah kebangkitan ISIS. Rincian inisiatif tersebut segera terungkap, ketika koalisi pimpinan Amerika mengumumkan sebuah rencana untuk membentuk “pasukan perbatasan” dengan kekuatan 30.000 personel veteran Angkatan Bersenjata Suriah (SDF).
Langkah tersebut disambut kemarahan Ankara, dengan Erdogan menyebut Amerika membentuk ‘Tentara Teror’ dan berjanji akan menenggelamkan kekuatan tersebut sebelum dia lahir.
Secara terpisah, Turki mengangkat masalah ini dengan NATO, menuntut agar blok militer tersebut mengambil tindakan melawan pembentukan “tentara teroris.” Beberapa politisi Turki bahkan telah menyerukan agar melarang Angkatan Udara Amerika menggunakan Pangkalan Udara Incirlik sampai Pentagon mengakhiri dukungannya dengan orang Kurdi Suriah.
Amerika saat ini memiliki sekitar 2.000 tentara di tanah Suriah yang dikerahkan tanpa undangan dari Damaskus atau mandat dari Dewan Keamanan PBB. Tentara Amerika dengan pasukan YPG yang mengambil bagian dalam serangan besar untuk merebut kota Raqqa dari ISIS tahun lalu.
Setelah Ankaran marah, Pentagon dengan cepat mundur dari dukungannya ke pasukan YPG atau pasukan perbatasan Kurdi. “Kami tidak menganggap mereka sebagai bagian dari operasi ISIS. Kami tidak mendukung mereka di sana sekarang,” kata juru bicara Pentagon Mayor Adrian Rankine-Galloway kepada kantor berita Turki, Anadolu.
“Kami sama sekali tidak terlibat dengan mereka,” pejabat militer tersebut mengulangi. “Tidak ada pasokan, saran dan bantuan program yang akan terjadi di Afrin.”
Pada hari Rabu, Pentagon masih mencoba untuk meremehkan tentang kekuatan 30.000 kekuatan Kurdi dengan emngatakan. “Amerika terus melatih pasukan keamanan lokal di Suriah,” katanya. “Ini bukan kekuatan ‘tentara’ atau ‘penjaga perbatasan’ konvensional.” Militer Amerika sangat sadar akan masalah keamanan Turki, mitra Koalisi kita dan sekutu NATO,” pernyataan tersebut menambahkan.
Namun Turki sepertinya sudah tidak percaya dengan Amerika. Pernyataan Washington tersebut dianggap tidak memuaskan.
“Kami menyuarakan ketidaknyamanan kami dalam pertemuan yang kami lakukan dengan Menteri Pertahanan dan Menteri Luar Negeri. Namun, pernyataan Amerika Serikat tidak sepenuhnya memuaskan kami,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu kepada CNN Turk.
“Ketidakpercayaan langsung kami terhadap Amerika Serikat berlanjut. Kami perlu melihat langkah konkret dari Amerika Serikat,” katanya.
Dan ketidakpercayaan itu terbukti dengan mulainya serangan yang dilakukan Turki menyeret situasi wilayah tersebut terancam masuk ke medan perang brutal. Lagi-lagi kekacauan ini berawal dari kebijakan Amerika yang kacau, ambigu dan tidak jelas yang menyebabkan Amerika kalah di setiap lini di wilayah tersebut. Dan kini teman sendiri justru berubah menjadi musuh.