Boeing Tutup 2017 dengan Mencetak Dua Kemenangan Besar

Boeing Tutup 2017 dengan Mencetak Dua Kemenangan Besar

Boeing mengumumkan dua kontrak besar yang sangat menentukan bagi mereka. Dua kontrak ini bisa menyelematkan F-15  untuk tetap bisa berproduksi serta membuka jalan lebar untuk program pesawat tanker mereka KC-46A Pegasus yang selama ini dibelit banyak masalah.

Dua kesepakatan tersebut adalah penjualan jet tempur F-15 yang telah lama ditunggu-tunggu ke Qatar dan penjualan pesawat tanker KC-46A ke negara luar Amerika pertama. Dua hal ini sepertinya menjadikan Boeing bisa dengan tenang menutup tahun 2017.

Kontrak pertama, senilai hingga US$ 6,1 miliar, mencakup penjualan 36 jet tempur F-15 untuk Qatar. Angkatan Udara juga memberikan kesepakatan terpisah kepada Boeing untuk menjual satu KC-46 ke Jepang dengan label harga sekitar US$ 289 juta.

Pesanan F-15QA sangat penting untuk Boeing, karena akan memperpanjang jalur produksi F-15 ke dekade berikutnya. Meski sepertinya lebih kecil dari perkiraan semula.

Pemerintah Amerika dan Qatar menyelesaikan kesepakatan F-15QA pada bulan Juni, kemudian memperkirakan total nilai US$ 12 miliar untuk 36 jet. Ketika kesepakatan tersebut disetujui oleh Departemen Luar Negeri pada bulan November 2016, Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan memperkirakan total nilai $ 21,1 miliar untuk 72 jet. Namun angka terakhir menunjukkan jumlah dan nilai kontraknya lebih kecil. Meski ini sebenarnya hal yang biasa terjadi karena pemberian kontrak akhir yang disepakati seringkali lebih rendah daripada perkiraan awal DSCA.

Penjualan KC-46 pertama Boeing menandai kemenangan simbolis dengan pesaing terdekatnya, Airbus A330. Meski pengembangan KC-46 Pegasus telah terkepung dengan berbagai masalah dan pengunduran jadwal.

Kesepakatan yang dimumkan Jumat 22 Desember 2017 bisa menandakan dimulainya pembelian internasional yang lebih besar ke dalam program ini, sesuatu yang menurut pejabat Boeing penting untuk membuat program tersebut menguntungkan dan Angkatan Udara AAmerika melihat pentingnya untuk meningkatkan interoperabilitas dengan negara-negara mitra.

KC-46A Pegasus mengisi bahan bakar ke jet tempur F/A-18 Super Hornet/Boeing

Meskipun persaingan ketat dari Airbus, Boeing yakin KC-46 pada akhirnya akan mendapatkan pijakan di Timur Tengah.

“Kami sangat antusias untuk bermitra dengan Boeing karena kami membantu Jepang dalam meningkatkan kemampuan pengisian bahan bakar udara,” kata Brig. Jenderal Donna Shipton, pejabat pelaksana program tanker untuk Angkatan Udara Amerika.

“Ini adalah langkah penting dalam memperkuat aliansi Amerika-Jepang dan akan meningkatkan interoperabilitas kami dengan kedua negara menerbangkan KC-46.”

Angkatan Udara Amerika berencana membeli 179 KC-46 dan Boeing diwajibkan untuk menyerahkan 17 tanker bersertifikat pertama Oktober mendatang.

Selama beberapa bulan terakhir, pesawat tanker tersebut mengalami masalah teknis – termasuk masalah yang masih belum terpecahkan dengan sistem boom yang terkadang menggores permukaan pesawat penerima.

Namun, program ini membuat kemajuan di bidang lain. Administrasi Penerbangan Federal telah memberi sertifikasi 767-2C, pesawat komersial modifikasi 767 yang membentuk basis KC-46. Program ini masih harus mendapatkan satu sertifikat final untuk peralatan khusus militer pesawat dari FAA.