Neraka Chechnya
Desember 1994 perang separatis di Chechnya medan pertama untuk T-80 di mana penembakan itu terjadi dua arah. Dan bencana itupun terjadi.
Ketika pemberontak di Chechnya mengumumkan kemerdekaan negara mereka, Presiden Rusia Boris Yeltsin memerintahkan tentara untuk membawa bekas republik Soviet itu dengan kekerasan. Pasukan ini mengambil T-80B. Para prajurit tidak pernah dilatih dengan T-80 sebelumnya. Mengabaikan kerakusan bahan bakar dari tank baru ini. Mereka terus menggeber tank ini.
Rusia maju ke ibukota Chechnya Grozny dan yang terjadi adalah kekalahan telak. Hampir 1.000 tentara tewas dan 200 kendaraan hancur sejak 31 Desember 1994. Kendaraan yang paling maju dalam angkatan darat Rusia, T-80B dan T-80BV mengalami kehancuran yang mengerikan.
Meski tahan dengan hit frontal, puluhan tank tersebut hancur dalam ledakan, menara mereka remuk oleh serangan pemberontak Chechnya yang menggunakan peluncur roket RPG-7V dan RPG-18.
Ternyata Korzhina autoloader T-80 memiliki desain kesalahan fatal. Autoloader disimpan propelan siap dalam posisi vertikal, dengan roda jalan hanya tank sebagian melindunginya. Jika RPG menghantam T-80 di sisi atas roda jalan kemungkinan besar akan mempengaruhi propelan, sehingga terjadi ledakan tank.
Dalam hal ini, T-72A dan B memiliki probabilitas sedikit lebih tinggi untuk bertahan karena autoloaders mereka menyimpan propelan dalam posisi horizontal di bawah rims roda jalan mereka.
Kesalahan besar kedua dari T-80, seperti tank Rusia sebelumnya, adalah elevasi dan depresi senjata minim. Meriam tank tidak bisa menembak pemberontak yang ada di kamar gedung bertingkat atau ruang bawah tanah.
Agar adil, T-80 juga korban ketidaksiapan kru, pelatihan yang tidak memadai dan taktik salah. Rusia terlalu terburu-buru untuk perang dengan T-80BV. Masuk Grozny tanpa pengisi eksplosif dalam panel baju besi reaktif. Bahkan ada tudingan beberapa prajurit menjual sisipan peledak untuk melengkapi gaji mereka.
Tentara Soviet telah lama melupakan pelajaran dari perang kota dari Perang Dunia II. Selama Perang Dingin, hanya komando Spetsnaz dan Garnisun Berlin yang telah dilatih untuk pertempuran kota secara serius. Mengharapkan sedikit perlawanan, pasukan Rusia melaju ke Grozny dengan infanteri di dalam mereka BMP dan BTR.
Komandan mereka tersesat karena mereka tidak memiliki peta yang tepat. Sementara lawannya tahu kelemahan kendaraan Rusia ketika mereka masih menjadi bagian dari Soviet dan ikut wajib militer. Dengan leluasa mereka menjadikan kendaraan lapis baja menjadi krematorium.