Anggaran Pertahanan Jepang Capai Rp621 Triliun,  Amerika Bersiap Untung Besar

Anggaran Pertahanan Jepang Capai Rp621 Triliun,  Amerika Bersiap Untung Besar

Pemerintah Jepang menyetujui sebuah anggaran militer yang mencapai rekor tertinggi mereka pada Jumat 22 Desember 2017. Dari dana yang begitu besar, Amerika yang akan mendapatkan untung besar karena hampir semua senjata dibeli dari negara tersebut. Akibatnya rencana untuk membangun jet tempur sendiri pun terpaksa dilupakan.

Anggaran pertahanan Jepang 2018 yang akan dimulai 1 April meningkat 1,3 persen menjadi 5,19 triliun yen atau sekitar Rp621 triliun. Ini adalah peningkatan berturut-turut dalam enam tahun terakhir. Dari jumlah tersebut 137 miliar yen atau sekitar Rp16,4 triliun akan digunakan untuk memperkuat pertahanan untuk melawan serangan rudal balistik Korea Utara.

Rencana tersebut termasuk pembelian rudal pencegat jarak jauh yang lebih baru, SM-3 Block IIA, yang dirancang untuk mencegat rudal balistik di luar angkasa, meningkatkan kapasitas baterai rudal Patriot yang merupakan garis pertahanan terakhir dan persiapan untuk pembangunan dua sistem rudal Aegis darat atau yang dikenal sebagai Aegis Ashore.

Jepang juga akan menghabiskan 2,2 miliar yen atau sekitar Rp2,6 triliun untuk mulai memperoleh rudal jelajah udara jarak menengah  Utara untuk dapat menyerang lokasi di Korea Utara dalam upaya untuk mencegah adanya potensi serangan oleh Pyongyang yang terus menguji rudal balistik.

“Adalah penting bahwa kita memiliki peralatan terbaru dan paling mumpuni untuk memperkuat pertahanan kita,” kata Menteri Pertahanan Jepang Intsunori Onodera setelah dia dan anggota kabinet lainnya menyetujui rencana pengeluaran baru tersebut sebagaimana dilaporkan Reuters.

Roket terbaru yang diluncurkan oleh Korea Utara pada 29 November mencapai ketinggian lebih dari 4.000 km (2.485 mil) sebelum terjun ke Laut Jepang.

Belanja yang sebagian besar untuk membeli peralatan buatan Amerika SErikat berarti perencana pertahanan Jepang dipaksa untuk mengurangi program domestik yang akan membantu kontraktor pertahanan lokal seperti Mitsubishi Heavy Industries dan Kawasaki Heavy Industries untuk mempertahankan basis industri militer mereka.  Hal tersebut mungkin memaksa Jepang untuk membatasi ambisi lama membangun pesawat tempur siluman canggih, yang dijuluki F-3.

Pada bulan November 2017 lalu, Presiden Amerika  Donald Trump meminta Perdana Menteri Shinzo Abe untuk membeli lebih banyak senjata buatan Amerika karena pemerintahannya mendorong sekutu Washington untuk berkontribusi lebih pada pertahanan bersama mereka.

Jepang berencana mengalokasikan 279 miliar yen dari anggaran berikutnya untuk membeli peralatan pertahanan melalui sistem penjualan militer asing pemerintah Amerika  yang berarti 15 persen lebih tinggi dari anggaran saat ini dan lebih dari dua kali lipat jumlah yang dibelanjakan pada tahun yang berakhir 31 Maret 2015.

Sejumlah pejabat yang berbicara dengan Reuters pada bulan November mengatakan bahwa Jepang akan menunda keputusan untuk mengembangkan F-3, yang dimaksudkan untuk melawan kemajuan teknologi militer oleh China. Proyek ini diperkirakan bernilai lebih dari US$ 40 miliar.

Rencana pembelanjaan pertahanan terbaru memberikan indikasi yang jelas ke publik bahwa program itu memang ditunda atau dihentikan sementara.