Tentara Israel menewaskan empat warga Palestina dan melukai lebih dari 150 lainnya dengan serangkaian tembakan senjata, Jumat 15 Desember 2017. Namun hal itu tidak menghentikan unjuk rasa menentang pengakuan Presiden amerika Donald Trump atas Jerusalem sebagai ibu kota Israel yang telah memasuki pekan kedua.
Sebagian besar korban berjatuhan di perbatasan Jalur Gaza, tempat ribuan warga Palestina berkumpul untuk melemparkan batu-batu ke arah para tentara Israel di seberang pagar benteng.
Kalangan medis mengatakan dua pengunjuk rasa, yang salah satunya menggunakan kursi roda, tewas dan 150 orang mengalami luka.
Di Tepi Barat yang diduduki Israel –wilayah yang juga diinginkan Palestina menjadi bagian dari negara independennya di masa depan bersama Jerusalem Timur, sumber medis mengatakan dua penentang terbunuh dan 10 lainnya terluka karena tembakan Israel.
Salah satu warga yang tewas, menurut pasukan kepolisian Israel, ditembak setelah ia menusuk salah seorang anggota unit kepolisian tersebut. Saksi mata untuk Reuters mengatakan warga Palestina itu membawa sebuah pisau dan mengenakan sesuatu yang tampak seperti sabuk bom. Sementara itu, petugas medis Palestina yang membantu mengevakuasi pria tersebut mengatakan bahwa sabuk yang dikenakannya itu palsu.
Palestina, dan dunia Arab serta Muslim secara luas, tersulut dengan pengumuman Trump pada 6 Desember, yang membalikkan kebijakan berpuluh-puluh tahun AS atas Jerusalem. Israel dan Palestina sama-sama menginginkan kota itu menjadi wilayah kedaulatannya.
Sekutu-sekutu Washington di Eropa dan Rusia juga menyuarakan kekhawatiran mereka atas keputusan Trump mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel.
Militer Israel mengatakan bahwa, pada Jumat, ada sekitar 3.000 warga Palestina yang berdemonstrasi di dekat pagar perbatasan Gaza.
Di Tepi Barat, militer Israel mengatakan sekitar 2.500 warga Palestina mengambil bagian dalam kerusuhan dengan menggulingkan ban-ban terbakar, melempari para tentara dan polisi perbatasan dengan batu-batu.
Israel merebut Jerusalem timur, yang dipenuhi dengan tempat-tempat ibadah kalangan Yahudi, Muslim dan Kristen, dari Jordania pada perang 1967. Israel kemudian mencaplok wilayah itu, langkah yang tidak disetujui masyarakat internasional.
Palestina menginginkan Jerusalem Timur sebagai ibu kota negaranya di masa depan. Para pemimpin Palestina mengatakan pengakuan Trump atas Jerusalem itu sebagai masalah serius terhadap proses perdamaian, yang hampir mati.
Seret Gadis dari Ambulans
Sementara sebuah video menunjukkan tentara Israel menyeret dengan dua gadis remaja Palestina keluar dari sebuah ambulans Red Crescent di distrik Hebron di Tepi Barat bagian selatan. Rekaman ini pun menjadi viral di internet.
Video amatir tersebut menunjukkan petugas medis yang duduk di kursi depan terlihat tidak berdaya, tentara bersenjata berat berusaha menarik gadis remaja keluar dari ambulans dengan keras. Saat mereka menolak dan mulai menjerit, satu tentara memanggil temannya yang lain naik ke kendaraan. Sekitar setengah lusin lebih tentara muncul untuk menarik gadis-gadis itu keluar.
Seorang saksi mata dari tempat kejadian mengatakan kepada kantor berita Palestina, Ma’an bahwa remaja tersebut diserahkan ke tentara wanita Israel, yang kemudian memborgol anak-anak perempuan tersebut dan menahan mereka. Identitas anak-anak perempuan serta alasan kenapa mereka ditangkap tidak diketahui.
Keputusan Presiden Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel telah memicu demonstrasi yang meluas, tidak hanya di Timur Tengah tetapi di seluruh penjuru dunia. Militan Palestina Hamas untuk mengumumkan sebuah intifada, sementara Presiden Palestina Mahmoud Abbas memperingatkan bahwa jika keputusan tersebut tidak dibatalkan, Palestina akan menarik diri dari semua kesepakatan sebelumnya dengan Israel.