
Para ahli berbeda pendapat mengenai berapa banyak senjata nuklir taktis yang dimiliki Rusia saat ini. Uni Soviet dilaporkan memiliki lebih dari 20.000 selama Perang Dingin, namun sebagian besar dibongkar saat mereka usang.
Senjata nuklir juga mahal dalam pemeliharaan dan Rusia memiliki sedikit uang untuk mempertahankannya setelah Uni Soviet pecah. Free Beacon memperkirakan Rusia memiliki antara 3.300 dan 10.000 senjata nuklir taktis. Namun Federasi Ilmuwan Amerika hanya memperkirakan pada angka 2.000.
Apa gunanya penumpukan senjata ini? Ada beberapa kemungkinan. Salah satunya adalah bahwa Rusia merasa terancam oleh pertahanan rudal balistik Amerika yang berkembang, terutama Ground Based Interceptor yang mampu menembak jatuh rudal balistik antarbenua.
Meskipun sistem ini dimaksudkan untuk menembak jatuh rudal nuklir dari Korea Utara dan Iran dan sulit untuk melawan serangan nuklir Rusia, tetap saja hal itu masih merupakan ancaman bagi pencegah nuklir Rusia.
Kemungkinan lain adalah bahwa penumpukan senjata konvensional Rusia tidak sesuai harapan dan senjata nuklir taktis adalah cara yang lebih murah untuk mempertahankan postur defensif yang kuat.
Kemungkinan ketiga, yang lebih menakutkan adalah bahwa Rusia mungkin bersiap untuk mengubah cara menggunakan nuklir. Senjata nuklir berkapasitas sepuluh ton, jika dikirim di medan perang, jauh lebih berguna daripada senjata seukuran megaton yang memusnahkan kota.
Rusia bisa memadukan perang taktis konvensional dan senjata nuklir taktis dengan hasil dan rilis radiasi begitu kecil sehingga mereka akan memberikan keuntungan medan perang yang signifikan sambil menempatkan musuh Rusia pada dilema apakah harus melawan dengan senjata nuklirnya sendiri.
Selain rencana peningkatan senjata nuklir taktis, Rusia juga merenovasi dua pusat komando dan kendali utama Rusia, bersama dengan beberapa fasilitas yang lebih kecil. Salah satu fasilitas tersebut adalah Gunung Kosvinsky, yang dirancang sebagai titik evakuasi untuk pemimpin Moskow jika terjadi perang nuklir.