Rusia Menyerah, Pembangunan Rudal Nuklir Kereta Api Barguzin Dihentikan
Sputnik

Rusia Menyerah, Pembangunan Rudal Nuklir Kereta Api Barguzin Dihentikan

Pada 2013, militer Rusia mengumumkan akan membawa kembali rudal balistik antarbenua berbasis kereta api ke layanan.

Dengan kata lain, kereta api dengan nuklir besar dijejalkan di dalamnya, mampu melesat mengelilingi Rusia, mengangkat peluncur mereka dan menembak beberapa saat kemudian. Rudal yang disebut Barguzin tersebut akan mulai di uji coba tahun 2019.

Namun pada bulan Desember 2017, pemerintah Rusia menempatkan proyek Barguzin sebagai hal yang tidak akan diteruskan karena senjata itu terlalu mahal. Seorang sumber di Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan kepada TASS pada Rabu 5 Desember 2017 Barguzin telah dikeluarkan dari rencana persenjataan baru Rusia untuk tahun 2018-2027 karena kekurangan pembiayaan.

Sebaliknya, Rusia memutuskan untuk fokus pada pengembangan rudal balistik antar-negara Sarmat dan Rubezh, kata sumber tersebut.

Sumber tersebut juga mengatakan kepada TASS, proyek Barguzin telah ditunda sejak musim gugur tahun lalu dan tes pop-up rudal Yars dari kosmodrom Plesetsk di Rusia utara adalah pekerjaan terakhir yang dilakukan di bawah program ini.

Proyek Barguzin adalah kebangkitan kembali kaki triad nuklir inti Uni Soviet yang sudah pensiun. Meski Soviet memiliki kapal selam dan pembom bersenjata nuklir, komponen berbasis darat memiliki rudal nuklir yang terpasang di truk-truk besar, di dalam silo bawah tanah dan kereta api. Militer Soviet pertama kali menandatangani perintah pembuatan ICBM kereta api pada tahun 1969.

Pada bulan Oktober 1987, ICBM kereta api pertama mulai beroperasi dalam bentuk “Moldets,” sebuah kereta yang dilengkapi dengan RT-23 sepanjang 77 kaki – sejenis ICBM yang juga disimpan di dalam silo – membawa 10 hulu ledak masing-masing dengan kekuatan 550 kiloton.

Pada 1990-an dan 2000-an setelah perjanjian START II, ​​Rusia menonaktifkan peluru kendali yang disebut NATO sebagai SS-23 Scalpel. Kremlin membangun 12 kereta ini.

Dan itulah akhir rudal kereta api Rusia sampai Kremlin mengumumkan pada tahun 2013 bahwa mereka akan menciptakan kereta api nuklir  baru yang disebut Barguzin, atau BZhRK. Rencananya kereta api akan dilengkapi dengan ICBM RS-24 Yars yang lebih canggih.

RS-24 memiliki jangkauan yang mirip dengan RT-23 namun tiga meter lebih pendek dan setengah lebih ringan. Sebuah keuntungan yang cukup besar untuk rudal mobil. RS-24 sendiri pada dasarnya memang rudal mobile.

Peluncur yang lebih kecil juga bisa berbaur dengan gerbong biasa hingga membuat pekerjaan intelijen militer Amerika lebih sulit.

Militer Rusia membuat beberapa kemajuan pada Barguzin dengan tes 2015, menurut Rossiyskaya Gazeta. Tapi keputusan untuk membatalkannya membuat orang bertanya-tanya apakah Kremlin sebenarnya memang serius dengan proyek tersebut, atau  hanya untuk propaganda di tengah hubungan Amerika-Rusia yang memburuk dalam jangka waktu tersebut.

Seorang jenderal Rusia pada tahun 2012 mengatakan bahwa Barguzin adalah tanggapan terhadap program Straw Global Prompt yang berfokus pada senjata hypersonik yang mampu menyerang dengan cepat di manapun di dunia ini. Tapi proyek itu masih aktif. Tahun lalu, Pentagon menghabiskan lebih dari US$ 180 juta untuk itu.

Rudal berbasis kereta api akan sangat mahal dibandingkan rudal silo  dan dalam beberapa hal sebenarnya justru lebih rentan.

Selama masa damai mereka membutuhkan jaringan pangkalan untuk penyimpanan dan pemeliharaan, di mana perjanjian internasional mengharuskan mereka untuk tinggal, dan detasemen keamanan yang luas untuk melindungi rudal saat mereka bergerak selama masa perang. Sementara mereka sangat tegantung pada jalur kereta api  jadi mata-mata Amerika akan memiliki gagasan umum tentang kemana harus mencari.

Yang juga menjadi pertanyaan adalah apakah kereta perang nuklir bisa keluar dari pangkalan mereka tepat pada waktunya sebelum rudal masuk menyerang pada menit-menit perang nuklir.  Pentagon mempelajari masalah ini selama Perang Dingin, dan bahkan membangun dua prototipe kereta yang diperuntukkan bagi ICBM Peacekeeper, namun menganggapnya tidak sebanding dengan biaya dan agak rentan.

Baca juga:

Kereta Tempur Nuklir Ini Jadi Opsi Terakhir Rusia Hadapi Amerika