Ketika kelompok Islamis terus kehilangan tanah, pemerintah AS khawatir bahwa wilayah utara, di mana pasukannya telah melatih pasukan pemberontak, akan jatuh ke pemerintah Suriah, kata Washington Post.
Amerika Serikat berencana untuk mempertahankan kehadiran militer di Suriah utara yang didominasi Kurdi meski kelompok ISIS yang menjadi alasan perang bagi mereka telah dikalahkan. Washington khawatir pemberontak yang mereka latih akan bisa dikalahkan oleh pasukan pemerintah jika mereka pergi.
Berbicara dengan syarat anonim kepada Washington Post Rabu 22 November 2017, pejabat amerika mengatakan bahwa kehadiran Amerika yang terbuka akan membantu menstabilkan masyarakat di bawah pemerintah daerah.
Menteri Pertahanan Amerika James Mattis juga mengatakan pekan lalu bahwa mereka tidak akan pergi sampai kondisi mendukung untuk solusi diplomatik.
Berbagai pihak yang terlibat konflik di Suriah dijadwalkan bertemu di Jenewa pada 28 November 2017 untuk memulai putaran kedelapan perundingan perdamaian yang didukung PBB untuk mengakhiri perang enam tahun di Suriah. Pasukan Amerika telah membantu Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi yang berbasis di utara.
Sesuai dengan laporan media yang berbasis di Amerika, Mayjen James Jarrard, Kepala Satuan Tugas Operasi Khusus Amerika melawan ISIS mengatakan dalam sebuah video briefing dari Baghdad pada bulan Oktober bahwa hampir 4.000 pasukan Amerika berada di Suriah. Namun, Jarrard langsung mengoreksi dirinya sendiri dengan menyatakan angka sebenarnya hanya 503 personel.