Kehidupan Militer Wanita Korea Utara

Kehidupan Militer Wanita Korea Utara

Wanita Korea Utara harus berada di militer minimal tujuh tahun dan pria diminta berada di militer 10 tahun. Ini adalah wajib militer terpanjang di dunia.

Diperkirakan sekitar 40 persen wanita berusia antara 18 dan 25 tahun menjadi tentara, jumlah yang diperkirakan akan bertambah karena dinas militer menjadi wajib bagi wanita dua tahun yang lalu. Pemerintah mengatakan sekitar 15 persen dari anggaran negara dihabiskan untuk militer, namun lembaga riset mengatakan jumlahnya bisa sampai 40 persen.

Menurut Baek dan Morillot, siswa berbakat dengan keahlian khusus, misalnya dalam olahraga dan musik boleh jadi dikucilkan dinas militer dan pelecehan seksual sudah marak terjadi.

Morillot mengatakan ketika dia membicarakan masalah pemerkosaan dengan tentara wanita, kebanyakan mereka mengatakan hal itu terjadi pada orang lain. “Tidak ada yang bilang mereka pernah mengalaminya secara pribadi,” katanya.

Lee So Yeon juga mengatakan dia tidak diperkosa selama berada di angkatan bersenjata antara 1992 dan 2001. Namun menurutnya, banyak rekannya mengalami hal tersebut.

“Komandan akan tinggal di kamarnya di unit tersebut setelah berjam-jam dan memperkosa tentara wanita di bawah komandonya, ini akan terjadi berulang-ulang tanpa akhir,” katanya.

Militer Korea Utara mengatakan pelecehan seksual merupakan hal sangat serius dengan hukuman penjara tujuh tahun. “Tapi hampir tidak ada orang yang mau bersaksi. Jadi, pria sering tidak dihukum,” kata Juliette Morillot.

Dia menambahkan tidak adanya kesaksian tentang pelecehan seksual di tentara berakar pada sikap patriarkis masyarakat Korea Utara. Ia mengatakan perempuan miskin yang direkrut menjadi brigade konstruksi, dan ditempatkan di barak kecil informal atau gubuk, sangat tidak aman.

“Kekerasan dalam rumah tangga masih diterima secara luas, dan tidak dilaporkan, jadi sama dengan tentara. Tapi saya benar-benar harus menekankan fakta Anda memiliki budaya yang sama (pelecehan) di tentara Korea Selatan,” katanya.

Lee So Yeon, yang bertugas sebagai sersan di unit sinyal yang dekat dengan perbatasan Korea Selatan, akhirnya berhenti jadi tentara pada usia 28. Dia merasa lega memiliki kesempatan untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarganya, walaupun dia harus berjuang secara finansial.

Pada 2008 dia memutuskan melarikan diri ke Korea Selatan. Pada usaha pertama dia tertangkap di perbatasan China dan dikirim ke sebuah kamp penjara selama setahun.

Tidak putus asa dia mencoba lagi membelot  tak lama setelah meninggalkan penjara, dia berenang menyebrang sungai Tumen dan masuk ke China. Di  perbatasan, dia bertemu dengan seorang broker yang mengatur agar dia bisa masuk ke Korea Selatan.

Juliette Morillot dan Jieun Baek mengatakan kesaksian Lee So Yeon sesuai dengan catatan lain yang telah mereka dengar. Mereka memperingatkan pembelot harus diperlakukan dengan hati-hati.

“Ada permintaan   dari Korea Utara. Hampir tidak ada kemungkinan orang untuk menceritakan kisah yang berlebihan kepada media. Banyak pembelot yang tidak ingin dikutip di media,” kata Baek.

Sekitar 70 persen pembelot Korea Utara adalah perempuan, sebuah fakta beberapa terkait dengan tingkat pengangguran yang lebih tinggi di kalangan wanita. Lebih dari separuh pembelot berusia 20 atau 30-an. Ini dikarenakan mereka lebih mudah untuk berenang di sungai dan melakukan perjalanan yang sulit karena usia mudanya.