Presiden Filipina Rodrigo Duterte secara langsung mengucapkan terima kasih kepada Presiden Rusia Vladimir Putin karena bantuannya yang tepat waktu dalam mengalahkan milisi yang mengambil alih sebuah kota di selatan selama berbulan-bulan. Dia juga mengungkapkan kesediaannya untuk membeli senjata buatan Rusia.
Duterte bulan lalu mendeklarasikan pembebasan Kota Marawi dari kelopok militan setelah 154 hari pertempuran, yang menewaskan lebih dari 1.100 orang, termasuk 165 tentara, dan mengungsikan hampir 400.000 penduduk.
“Saya ingin membangun angkatan bersenjata yang kuat dan polisi yang kuat dan sangat penting bagi Anda untuk mengetahui bahwa kami ingin membeli senjata dari Rusia saat ini,” kata Duterte kepada Putin di sela-sela pertemuan KTT Kerjasama Ekonomi Asia (APEC) di Vietnam Jumat 10 November 2017.
Filipina membeli lebih dari 20.000 senapan serbu dari Amerika Serikat, namun beberapa senator, yang peduli dengan catatan hak asasi manusia Duterte dan pembunuhan yang meningkat, menghalangi penjualan tersebut.
Namun China dan Rusia, yang hubungannya dengan Filipina telah membaik dalam beberapa bulan terakhir, menyumbangkan total 11.000 senapan serbu dan truk.
“Bantuan tepat waktu Anda ke negara saya membantu kami mengisi senjata lama dan kami ingin memiliki persediaan baru,” katanya sebagaimana dikutip Reuters.
Manila dan Moskow menandatangani sebuah perjanjian militer mengenai logistik, termasuk sebuah kontrak dengan sebuah perusahaan milik negara untuk memasok peralatan, selama kunjungan pertama menteri pertahanan Rusia ke Filipina bulan lalu.
Seorang pejabat militer senior kepada Reuters mengatakan Filipina akan memiliki dana US$2,44 miliar untuk memodernisasi militer dari tahun 2018 sampai 2022 melalui alokasi multi-year untuk meningkatkan perangkat kerasnya.
“Kami mencari helikopter, senjata ringan dan peralatan untuk bantuan kemanusiaan dan operasi bantuan bencana, namun kami masih membahas secara spesifik,” kata pejabat militer yang menolak disebut namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara dengan pers.
“Kami masih ingin memilih peralatan Amerika dan Barat tapi harganya sangat mahal. Jika peralatan Rusia dan China bisa sebanding dengan kualitas, maka itu bisa menjadi alternatif yang sangat baik.”