
Pada tahun 1995 dan 1996, ketika China mengancam Taiwan dengan tes rudal, Presiden Bill Clinton mengirim dua kapal induk ke Selat Taiwan. Pada saat itu, China mundur, namun jika itu dilakukan sekarang, China tentu akan bersikap berbeda. Tidak akan mundur hingga pasti akan meningkatkan ketegangan.
China telah mengembangkan rudal balistik pada peluncur mobile yang akan mengancam kapal induk Amerika. Mengurangi kemampuan militer Amerika untuk beroperasi secara bebas di sekitar Taiwan akan merusak elemen inti dari strategi Taiwan.
“Taiwan perlu menyadari bahwa nasibnya pada akhirnya ada di tangan sendiri,” kata Andrew S. Erickson, seorang profesor di China Maritime Studies Institute di Naval War College di Newport.
Selama kunjungan baru-baru ini ke Hawaii, Tsai menanggapi kekhawatiran tentang ketidakseimbangan dengan berjanji untuk meningkatkan pengeluaran militer 2 persen per tahun. Dia juga berjanji untuk menyediakan lebih banyak dana untuk pembelian senjata yang lebih besar.
Sejak terpilih pada Januari 2016, Tsai juga telah mempromosikan sebuah rencana untuk memperluas industri pertahanan dalam negeri. Di antara yang paling ambisius adalah membangun armada kapal selam bertenaga diesel sendiri.
Armada kapal selam Taiwan memang sangat lemah. Dua kapal selam lainnya dibangun oleh Belanda pada tahun 1980an. Sebaliknya, China, menurut laporan Pentagon, memiliki 59 kapal selam, termasuk lima yang bertenaga nuklir.
“Terlepas dari apakah Anda berbicara tentang kuantitas atau kualitas kapal selam kami,” kata kapten Hai Pao, Wang Kuo-min, “Ada celah yang sangat besar antara kami dan Komunis China.”
Beberapa ahli mengatakan bahwa dengan keunggulan numerik China yang sangat besar dalam persenjataan, Taiwan harus lebih fokus pada platform besar seperti kapal selam dan rudal antipesawat dan anti-kapal yang bisa menumpulkan keunggulan China.
Sementara itu, China terus memberikan tekanan. Pesawatnya secara rutin menyelidiki wilayah udara Taiwan, memaksa jet tempur Taiwan untuk menanggapi setidaknya delapan kali sepanjang tahun ini. Pada bulan Juli, kapal induk pertama China, Liaoning, melintasi Selat Taiwan dalam sebuah demonstrasi kekuatan.
“Kami tidak dapat membiarkan situasi menjadi rutinitas,” kata Kolonel Hsieh Chu-yuan, Direktur Peperangan dari Wing Fighter Taktis 455, yang menerbangkan F-16 dari pangkalan udara utama di Chiayi.
F-16, yang dibeli dari Amerika Serikat pada tahun 1992, sekarang berhadapan dengan jet China yang semakin canggih, termasuk pesawat siluman Chengdu J-20. Taiwan tidak memiliki pilihan lain harus bisa melawan China.
“Taiwan tidak bisa menandingi jet China dengan jet, perahu untuk kapal,” kata Menteri Pertahanan , Feng tetapi itu tidak membuat pesawat itu tak berdaya.
“Setiap upaya untuk menyakiti orang-orang Taiwan atau menyerang wilayahnya,” katanya, “akan memunculkan banyak pengorbanan.”