
Flanker Datang
Setelah pembubaran Uni Soviet, Rusia kekurangan uang dan tidak lagi memikirkan perselisihan ideologis maka sangat gembira ketika Beijing datang mengetuk pintu dan meminta untuk membeli pesawat tempur Sukhoi Su-27 yang sangat canggih. Jet bermesin ganda yang sebanding dengan F-15 Eagle dengan manuver, jangkauan dan muatan yang sangat baik.
Dan pembelian jet tempur tersebut menjadi keputusan yang menentukan. Saat ini armada pesawat terbang yang berasal dari Su-27 membentuk inti dari kekuatan tempur modern China.
Setelah mengimpor batch awal Su-27, Beijing membeli lisensi untuk membangun salinan buatan mereka di dalam negeri, yaitu Shenyang J-11 – namun yang membuat Rusia cemas, China secara mandiri membangun model yang lebih canggih yang dikenal sebagai J-11B dan D.
Moskow marah, namun masih menjual 76 varian serangan darat dan angkatan laut dari Flanker, Su-30MKK dan Su-30MK2, yang paralel dengan F-15E Strike Eagle. Perancang China juga mengeluarkan turunannya sendiri dari Su-30 yang disebut Shenyang J-16 Red Eagle yang membanggakan radar AESA, dan Shenyang J-15 Flying Shark, pesawat tempur berbasis kapal induk yang didasarkan pada Su-33 Rusia yang diperoleh dari Ukraina.

Sekitar 20 jet tempur J-15 sekarang bergabung dengan kapal induk Liaoning China. Bahkan ada J-16D, pesawat tempur tempur elektronik yang bisa dikatakan mirip kemampuannya dengan EA-18 Growler Angkatan Laut Amerika.
Turunan Sukhoi China secara teoritis setara dengan jet tempur generasi keempat seperti F-15 dan F-16. Namun, mereka dibebani dengan masalah mesin turbofan WS-10 domestik, yang kualitasnya tidak baik dan tidak menghasilkan daya sebesar mesin barat dan Rusia.
Teknologi mesin jet tetap menjadi batasan utama pesawat tempur China saat ini. Pada tahun 2016, China membeli 24 Su-35, varian Flanker yang paling canggih yang menggunakan mesin turbofan AL-41F. Ada kabar China sebenarnya mengincar mesin ini untuk disalin.