Gerilyawan Houthi mengaku telah menembak-jatuh sebuah jet tempur Typhoon milik koalisi militer pimpinan Arab Saudi di sebelah timur-laut Ibu Kota Yaman, Sana’a, Jumat 27 Oktober 2017 malam.
“Pertahanan udara militer dan pasukan rakyat [petempur Houthi] menembak-jatuh satu pesawat tempur Typhoon milik koalisi pimpinan Arab Saudi hari ini [Jumat] dengan rudal permukaan ke- udara di Kabupaten Nehm di sebelah timur-laut Sana’a,” kata pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita Houthi, Saba, dengan mengutip pejabat miiter milisi Syiah tersebut.
Nehm berada sekitar 60 kilometer di sebelah timur-laut Sana’a, tempat pertempuran berkecamuk setiap hari antara petempur Houthi –yang menguasai Ibu Kota Yaman– dan pasukan pemerintah yang diakui masyarakat internasional dan didukung oleh pesawat tempur koalisi pimpinan Arab Saudi.
Belum ada komentar dari koalisi pimpinan Arab Saudi mengenai pernyataan Houthi tersebut. Namun Arab Saudi adalah satu-satunya negara dalam koalisi yang memiliki jet tempur buatan konsorsium Eropa tersebut.
Jika benar, jet tempur itu akan menjadi pesawat kedua yang ditembak-jatuh oleh gerilyawan Yaman dalam waktu kurang dari satu bulan. Pada 1 Oktoberi, gerilyawan Houthi menembak jatuh pesawat tanpa awak buatan Amerika , General Atomics MQ-9 Reaper, di sebelah utara Sana’a.
Tidak disebutkan sistem rudal apa yang digunakan untuk menembak jet tempur tersebut. Selama ini Houthi selama ini dikenal mengoperasikan sistem pertahanan udara buatan Soviet dan juga dibantu oleh Iran. Kemungkinan S-200 yang digunakan untuk menembak pesawat ini.
Amerika Serikat, yang menjadi pendukung utama koalisi pimpinan Arab Saudi mengakui kehilangan pesawat tempurnya.
Ditembaknya Eurofighter Typhoon yang merupakan salah satu pesawat paling canggih di dunia, terjadi beberapa jam setelah petempur Houthi menembakkan rudal balistik ke arah pangkalan militer Arab Saudi jauh di dalam perbatasan Arab Saudi Selatan di Provinsi Najran.
Koalisi pimpinan Arab Saudi menyatakan rudal itu menghancurkan kompleks permukiman milik perusahaan milik pemerintah Arab Saudi dan melukai seorang pekerja.
Peningkatan tajam tersebut terjadi sehari setelah pernyataan dari Putra Mahkota Kerajaan itu Mohammed bin Salman bahwa negaranya akan terus memerangi gerilyawan Houthi di Yaman.
Arab Saudi memimpin koalisi militer, yang kebanyakan terdiri atas negara Arab, untuk memerangi gerilyawan Houthi di Yaman sejak Maret 2015 dalam upaya memulihkan kembali Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang didepak oleh petempur Houthi pada September 2014.
Gerilyawan Houthi telah merebut sebagian besar wilayah Yaman Utara melalui kekuatan, termasuk Ibu Kota Yaman, Sana’a, sejak 2014.
Perang tersebut telah menewaskan lebih dari 10.000 orang Yaman, kebanyakan warga sipil, dan membuat lebih dari tiga juta orang lagi meninggalkan rumah mereka, kata beberapa badan kemanusiaan.