Otoritas Kurdi di Irak menawarkan gencatan senjata, dan akan menghentikan sementara upaya pemisahan diri serta berjanji lebih serius untuk menyelesaikan krisis dengan Baghdad melalui jalur diplomasi.
Namun juru bicara militer Irak justru mengindikasikan bahwa pihaknya akan terus menggelar operasi militer, yang ditujukan untuk merebut kembali wilayah otonom Kurdi yang pada bulan lalu memilih memerdekakan diri dalam sebuah referendum.
Pemerintah Irak telah mengubah perimbangan kekuatan di bagian utara negara tersebut sejak memulai operasi militer melawan kelompok Kurdi, yang punya wewenang otonom untuk memerintah di tiga provinsi.
“Pertempuran antara kedua kubu ini tidak akan menghasilkan pemenang bagi siapapun. Aksi ini justru akan membawa negeri ini kepada kehancuran total,” kata Pemerintah Regional Kurdistan (KRG) dalam pernyataan tertulis Rabu 25 Oktober 2017.
KRG menawarkan gencatan senjata, pembatalan hasil referendum, dan memulai dialog dengan pemerintah pusat sesuai dengan Konstitusi Irak.
Baghdad sudah menegaskan bahwa referendum kemerdekaan itu ilegal dan merespons dengan merebut paksa kota Kirkuk, beberapa ladang minyak di sekitar kota tersebut, dan sejumlah wilayah lain yang dibebaskan Kurdi dari ISIS.
Dalam unggahan media sosial yang mengindikasikan bahwa operasi militer akan terus dilakukan, juru bicara angkatan bersenjata Irak mengatakan “operasi militer tidak punya hubungan dengan politik.” Perdana Menteri Haider al-Abadi mengatakan bahwa perundingan hanya akan dilakukan setelah KRG membatalkan hasil referendum.
Abadi hingga kini belum merespons tawaran KRG pada Rabu. Dia saat ini tengah mengunjungi Turki dan Iran–dua negara yang punya persoalan dengan etnis Kurdi–dengan tema pembicaraan utama mengenai persoalan Kurdi.
Abadi, yang memperoleh dukungan dari Teheran dan Ankara untuk mengatasi KRG, sudah menginstruksikan agar tentara merebut kembali semua wilayah sengketa dan meminta kewenangan penuh untuk mengontrol perbatasan Irak-Turki, yang merupakan wilayah Kurdi.
Di sisi lain, pasukan Peshmerga Kurdi berhasil mengalahkan milisi pro-pemerintah pada Selasa di wilayah Rabi’a, sekitar 40 km sebelah selatan area perbatasan Fish-Khabur yang memisahkan Turki dan Suriah.
Fish-Khabur adalah wilayah penting karena minyak dari otoritas Kurdi dan pemerintah Irak melewati sebuah pipa di sana menuju Turki. Ini merupakan rute utama untuk ekspor internasional yang sangat krusial bagi keberhasilan upaya kemerdekaan Kurdi.
Pertempuran antara pemerintah pusat Irak dengan Kurdi telah menjadi persoalan yang sulit bagi Amerika Serikat mengingat Washington dekat dengan keduanya.