Israel dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki benteng udara sangat ketat. Di setiap jengkal wilayah udaranya, mereka memiliki sistem pertahanan udara yang ditempatkan. Satu sistem lolos mencegat serangan, sistem lain akan menjaganya.
Israel memiliki baterai anti-rudal Iron Dome, Arrow 1, Arrow 2 dan David Sling yang dipasang di seluruh negeri.

Mereka memiliki tugas masing-masing. Iron Dome bertugas mencegat roket jarak pendek sementara David Sling menahan serangan rudal jelajah jarak pendek pada jarak antara 40 sampai 300km. Kemudian sistem Arrow akan memotong rudal balistik di luar atmosfer bumi.

Iron Dome telah membuktikan dirinya sejak pertama diluncurkan pada bulan April 2011, dengan tingkat intersepsi yang berhasil sebesar 85% saat melawan proyektil yang dipecat ke wilayah Israel.
Harga masing-masing rudal juga berbeda-beda. Rudal pencegat David Sling satunya seharga US$1 juta (sekitar Rp13,5 miliar) , sementara Iron Dome menggunakan rudal seharga US$ 100.000 (sekitar Rp1,4 miliar) per unit. Paling mahal adalah rudal Arrow yang harganya mencapai US$3 juta (sekitar Rp40,5 miliar) setiap bijinya.
Israel memang tidak pernah tenang dengan serangan rudal. Pada bulan November 2015, pejabat Israel meyakini musuh bebuyutan mereka, kelompok Hizbullah Lebanon telah memiliki sekitar 150.000 roket, termasuk sejumlah rudal buatan Iran yang mampu menyerang kota-kota Israel dari utara ke selatan. Jumlah itu diyakini telah meningkat. Bahkan seorang pejabat intelijen Israel mengatakan Mei 2017 Hizbullah telah menambah 100.000 stok rudalnya.
Ketatnya sistem pertahanan udara bukan berarti menjamin Israel bisa tetap tenang. Salah satu hal yang bisa mengancam adalah ketika serangan rudal dilakukan dengan besar-besaran. Saat ratusan atau bahkan ribuan rudal dilepaskan secara bersamaan, maka hampir dipastikan akan ada rudal yang lolos dan memukul sasarannya.