ToT Tak Semudah Yang Dibayangkan dan Dikatakan

ToT Tak Semudah Yang Dibayangkan dan Dikatakan

Su-30MKI/India DOD

Ketika membangun senjata di negara pembeli juga bukan berarti seluruh teknologi dikirimkan atau setidaknya akan dilakukan secara bertahap. Contoh pada pembelian 272 Su-30MKI oleh India dan dibangun di dalam negeri. Ini jumlah yang sangat besar sehingga masuk akal Rusia menyetujui transfer teknologi besar.

Tetapi ternyata hampir semua bagian masih dibuat di Rusia. Bahkan pada Januari 2016, India mengeluhkan lambatnya pasokan suku dari Rusia yang menjadikan tingkat operasional pesawat itu sangat rendah.

Rusia dan India berusaha memperbaiki keterlambatan pasokan suku cadang jet tempur Su-30MKI dengan akan membuka produksi komponen di India. Artinya India dengan pembelian yang luar biasa itupun belum bisa membangun suku cadang sendiri. Meskipun telah ada rencana pembuatan suku cadang ini kemungkinan akan dilakukan di  fasilitas Hindustan Aeronautics Ltd (HAL) di Bangalore.

Masalah geopolitik juga akan menjadi faktor penting sebuah ToT bisa dilakukan atau tidak. Mari lihat program pembangunan jet tempur KF-X/IF-X yang dilakukan antara Korea Selatan dan Indonesia. Program yang dirintis pada era SBY tersebut akhirnya terbentur masalah ketika Amerika Serikat menolak mentransfer empat teknologi kunci yang digunakan pada F-35 untuk diadopsi pada jet tempur tersebut.

Padahal kesepakatan sebelumnya dengan Korea Selatan, Amerika mau memberi teknologi penting sebagai kompensasi dari keputusan Seoul membeli 40 F-35 yang dibangun Lockheed Martin. Tetapi pada akhirnya radar AESA, EOTGP,  frared search and radio frequency (RF) jammer dan the infrared search and tracking (IRST) system dikunci tidak bisa diberikan.

Desain KFX

Sempat muncul kabar, meski tidak terkonfirmasi tetapi masuk akal, bahwa salah satu alasan Amerika tidak mau mentransfer teknologi tersebut karena keberadaan Indonesia dalam program tersebut. Meski Indonesia telah banyak menggunakan teknologi militer buatan Amerika, tetapi Washington belum sepenuhnya memberi catatan bersih pada negara tersebut hingga dipercaya menyadap teknologi mereka. Beberapa kali Indonesia mendapat embargo dari negara tersebut.

Amerika dikenal sangat menjaga ketat teknologi mereka. Terakhir sejumlah perusahaan pertahanan di Amerika meminta kepada Amerika jika akhirnya terpilih untuk membangun ratusan jet tempur di India (baik F-16 maupun F/A-18) maka teknologi kunci tetap dipegang oleh Amerika.

Transfer teknologi juga bukan hal yang murah. Untuk membangunnya sendiri, sebuah negara harus melakukan investasi besar-besaran dan kadang penuh dengan masalah. India berhasil mendapatkan transfer teknologi untuk membangun kapal selam Kelas Scorpene dari Prancis, tetapi pembangunan penuh dengan masalah teknis dan penundaan yang mengakibatkan pembengkakan biaya besar-besaran. Tentu saja itu adalah sebuah risiko yang harus ditanggung

Perusahaan kedirgantaraan Jepang ShinMaywa yang membangun US-2 bahkan pernah mengatakan  pihaknya siap untuk mendistribusikan pekerjaan pembangunan pesawat tersebut dengan perusahaan lokal Indonesia, jika hal itu  jadi persyaratan pembelian pesawat amfibi tersebut meski tentu saja tetap butuh izin pemerintah.

Namun ShinMaywa menyebut akan sulit dan tidak realistis melakukan perakitan akhir di Indonesia. Berbicara kepada IHS Jane di pameran MAST Asia 2017 di Tokyo, Masayuki Tanaka, dari Divisi Ekspoir ShinMaywa meskipun ada beberapa pilihan untuk mendistribusikan kerja platform ini, Tanaka mengatakan secara logistik sangat menantang dan mahal untuk mengangkut komponen pesawat terbang utama yang akan dirakit di Indonesia. Hal itu menurutnya  bisa berakhir dengan biaya sangat mahal yang harus ditanggung pembeli.

Pada akhirnya ToT memang tidak semudah yang dibayangkan atau dikatakan. Ada banyak faktor, ada banyak aspek dan tentu saja kesiapan dana negara pembeli. Tetapi sekali lagi jika pemerintah Indonesia menginginkan ToT besar dari Rusia hal itu adalah hal yang wajar. Semua pembeli menginginkan hal yang sama. Persoalan hasilnya nanti seperti apa kita tunggu saja.