Koalisi pimpinan Amerika menghujani Kota Raqqa, Suriah dengan 5.775 bom, peluru dan rudal selama Agustus. Jika dirata-rata maka ada kira-kira satu amunisi setiap delapan menit selama 31 hari berturut-turut dijatuhkan ke negara yang Amerika tidak pernah secara resmi mengumumkan perang.
Sebagai perbandingan, Angkatan Udara Amerika menjatuhkan 503 amunisi di Afghanistan pada bulan yang sama. Berdasarakan data Komando Angkatan Udara kebanyakan amunisi dijatuhkan di Mosul, Irak, dalam pertempuran untuk merebut kota itu rata-rata hanya mencapai 5.500 di setiap bulan kampanye.
Sebagaimana dilaporkan Airwars, sebuah proyek jurnalisme nirlaba Inggris untuk mempromosikan transparansi dalam peperangan, diperkirakan 433 warga sipil terbunuh sebagai konsekuensi serangan Amerika ke kota tersebut bulan Agustus tersebut.
Pasukan Demokratik Suriah yang didudkung Amerika mengumumkan pada hari Rabu 20 Agustus 2017 bahwa 80 persen kota Raqqa telah direbut.
Menurut sebuah analisis Modern War Institute di West Point dari tanggal 13 September 2017 pasukan Amerika disebut tidak memiliki sarana atau metode untuk mengatasi masalah serangan udara pada kota-kota padat seperti Mosul atau Raqqa kecuali dengan merusak secara besar-besaran.
“Tanpa pilihan yang jelas lebih baik, tidak akan banyak jalan lain selain menghancurkan kota-kota untuk menyelamatkan mereka,” tulis John Spencer dan John Amble dalam laporan tersebut.
Analisis yang berjudul “A better approach to urban operations: Treat cities like human bodies,” tersebut menunjukkan bahwa Amerika jelas-jelas melakukan operasi perkotaan tanpa mengambil tindakan ekstra untuk menjaga bangunan secara memadahi.