Pasukan Irak harus bekerja keras untuk memukul mundur bekerja lebih dari 2.000 militan ISIS dari tempat kota penting Tal Afar. Serangan tersebut dapat memberi sinyal akhir kehadiran militer ISIS di wilayah utara negara tersebut.
Namun pasukan Irak dan koalisi barat yang mendukungnya menghadapi hambatan yang tidak asing lagi yakni keberadaan senjata anti-tank buatan Amerika di tangan para militan.
Rekaman yang diposting ke YouTube oleh stasiun televisi Irak Al-Mawsleya menunjukkan rudal anti-tank FGM-148 Javelin dan peluncur roket di antara senjata yang ditemukan di luar Tal Afar. Javelin memiliki jangkauan hingga 2,7 mil dengan hulu tandem 18 pon dan dirancang untuk menembus bahkan baju besi tebal termasuk milik tank tempur utama M1 Abrams
Penemuan Javelin sangat mengganggu dan ini bukan kali pertama militan menggunakan senjata buatan Amerika untuk melawan pasukan Irak dan koalisi. Video propaganda ISIS yang dirilis pada bulan Juni 2015, setelah direbutnya kota Suriah di Palmyra, mengungkapkan militan menargetkan pasukan pemerintah Suriah dengan rudal anti-tank BGM-71 TOW yang juga buatan Amerika. Satu tahun kemudian, rudal yang sama, yang diduga dipecat oleh gerilyawan Suriah yang didukung Amerika digunakan untuk menjatuhkan helikopter serbu Mi-25 Rusia.

Kemungkinan militan ISIS mendapatkan Javelin seperti mendapatkan senjata lain yakni menjarah senjata militer Suriah dan Irak. Laporan Kantor Pengawasan Pemerintah tahun 2003 yang diterbitkan setelah invasi ke Irak menemukan bahwa setidaknya 36 unit peluncur rudal Javelin telah hilang di negara tersebut.
Namun senjata anti-tank seperti Javelin dan TOW tidak hanya muncul di Irak dan Suriah di tengah kekacauan invasi tahun 2003 senjata-senjata tersebut dikirim ke sana baru-baru ini oleh koalisi pimpinan Amerika di Suriah.
Di bawah Timber Sycamore, program rahasia CIA yang dibentuk selama pemerintahan Obama untuk mempersenjatai pemberontak Suriah melawan rezim Bashar al-Assad, setidaknya 500 rudal TOW dilaporkan telah dikirim melalui Arab Saudi ke Jalur Bebas Suriah pada akhir tahun 2015 dan pada bulan Februari 2016, reporter Washington Post dan veteran Marinir Thomas Gibbons-Neff mengidentifikasi sebuah Javelin di tangan pasukan YPG Kurdi yang bekerja di Suriah utara.
Pentagon dan Departemen Luar Negeri kala itu membantah mengirim senjata anti-tank ke pasukan regional yang memerangi ISIS di Suriah.
Pada bulan Juli, Presiden Donald Trump yang berencana mengakhiri Timber Sycamore, mengatakan kepada Wall Street Journal, “Ternyata – banyak al-Qaeda yang kami berikan dengan senjata ini.”
Pentagon memang sering lemah dalam memantau transfer senjata. Sebuah analisis 2016 mengungkapkan bahwa Kementerian Pertahanan Amerika hampir tidak dapat melacak setengah dari 1,5 juta senjata yang diberikan kepada pasukan keamanan Afghanistan dan Irak sejak dimulainya invasi di sana.
Sementara sementara Laporan 2014 sebelumnya menemukan 43% persenjataan yang diterima tentara Afghanistan lenyap begitu saja. Semua senjata ini mengalir dengan bebas di antara pasukan ISIS di Timur Tengah.