Militer Jepang akan memberi ribuan spare part helikopter untuk digunakan helikopter militer Filipina agar tetap terbang. Hal ini akan membantu Tokyo untuk merebut pengaruh dari Manila dalam persaingan dengan China untuk mengamankan pengaruhnya terhadap wilayah strategis Laut China Selatan.
Diplomasi militer adalah cara baru bagi Jepang untuk mengacaukan tawaran China untuk kontrol di Laut China Selatan saat Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sedang berusaha membangunkan kembali peran militer di wilayah regional yang telah pasif sejak Perang Dunia II.
Perjanjian tersebut bisa menjadi yang pertama dalam serangkaian kesepakatan serupa saat Tokyo melakukan diplomasi pertahanan dengan negara-negara Asia Tenggara yang menginginkan pesawat patroli, kapal, dan peralatan militer lainnya.
“Ini adalah demonstrasi dari kemitraan strategis dan kerjasama strategis kedua sekutu tersebut,” kata seorang komandan senior Angkatan Udara Filipina kepada Reuters Kamis 10 Agustus 2017. Dia menambahkan bahwa Jepang akan mengirimkan sekitar 40.000 spare part di bawah kesepakatan tersebut.
Perjanjian pasokan tersebut merupakan kesepakatan bantuan militer pertama Jepang sejak anggota parlemen membatalkan sebuah peraturan pada bulan Juni, kecuali pemberian paket bantuan berupa peralatan berlebih yang dimiliki Jepang untuk negara lain.
“Kami melihat apa yang akan kami lakukan dengan suku cadang kami, tapi tidak ada yang bisa kami diskusikan,” kata juru bicara badan pengadaan kementerian pertahanan Jepang. “Untuk memperkuat keamanan nasional kita ingin terus maju dengan kerja sama pertahanan.”
Malaysia, Filipina dan Vietnam telah meminta untuk mengambil pesawat patroli maritim dan anti kapal selam P3-C yang dibangun Lockheed Martin Corp. Pesawat ini sudah diganti oleh Kawasaki Heavy Industries P-1 hingga bisa dijual ke sekutu dengan harga murah. “Ada beberapa diskusi pendahuluan,” kata salah satu sumber lain.
Jepang khawatir bahwa Beijing dapat menentang oposisi terhadap ketegasan teritorialnya di Laut China Selatan dengan bantuan penjualan senjata dan bantuan pembangunan ke negara-negara di sekitar perairan yang sibuk.
Suku cadang pesawat untuk Filipina terutama untuk helikopter utilitas UH-1 yang dapat digunakan baik untuk tempur ataupun transportasi. Pasukan Bela Diri Jepang telah mempensiun helikopter ini pada tahun 2012, setelah menggunakan empat dekade, namun mempertahankan suku cadangnya.
Jepang sebelumnya setuju untuk memasok Filipina dengan tiga pesawat patroli Beechcraft TC-90 King Air bekas, dalam kesepakatan yang disusun sebagai pengaturan sewa.
Inisiatif lain yang dilakukan Jepang untuk membangun hubungan militer termasuk tur empat hari Laut China Selatan dengan menggunakan kapal terbesar mereka Izumo dengan mengajak perwira militer negara-negara ASEAN pada Juni 2017. Pejabat militer Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam juga mengamati latihan bantuan bencana di Jepang.
Pemerintah Abe percaya bahwa Jepang lebih baik daripada Washington untuk merayu Asia Tenggara dari pengaruh China, karena bebas dari peraturan yang melarang Amerika Serikat untuk sepenuhnya terlibat dengan rezim non-demokratis, seperti Thailand dan Vietnam.
Kondisi yang ditetapkan oleh Amerika Serikat memaksa Filipina untuk beralih ke China dan Rusia untuk pasokan senjata. China sendiri telah menawarkan untuk menyumbangkan perangkat keras militer seharga US$14 juta ke Filipina, di samping pinjaman lunak sebesar US$ 500 juta untuk membeli senjata China.
Baca juga:
Filipina Tertipu Habis-Habisan, Pesan 21 UH-1H Dapatnya UH-1D