Seorang pembom bunuh diri menyerang sebuah konvoi NATO di dekat kota Kandahar, Afghanistan selatan Rabu 2 Juli 2017. Ada korban jiwa tetapi tidak disebutkan berapa.
Letnan Damien E. Horvath, juru bicara militer, tidak bisa mengatakan berapa korban yang jatuh dan mereka berasal dari negara mana. Misi NATO, yang dikenal dengan Resolute Support, “dapat mengkonfirmasi bahwa konvoi NATO diserang di Kandahar. Serangan itu memang menyebabkan korban jiwa, “katanya sebagaimana dilaporkan USA Today
Juru bicara kepolisian Kandahar Zia Durrani juga mengkonfirmasi serangan tersebut dan daerah di tepi Kandahar dengan cepat ditutup. Tidak ada yang langsung mengaku bertanggung jawab atas pemboman tersebut.
Saksi mata Ghulam Ali, yang mengelola sebuah bengkel mekanik di dekat lokasi serangan, mengatakan bahwa intensitas ledakan tersebut membuat dia terpental. Ketika sampai di sana ia melihat satu kendaraan militer terbakar di jalan. Dia melangkah keluar dari tokonya tapi tembakan tiba-tiba membuat dia kembali ke dalam.
Dia mendengar helikopter tiba dan melihat tentara diambil dari tempat kejadian namun tidak dapat menentukan tingkat cedera mereka.
Shah Agha Popal, yang mengelola toko suku cadang kendaraan juga di dekatnya, mengatakan bahwa dia melihat tentara dibawa pergi oleh dua helikopter. “Tapi saya tidak tahu apakah mereka terluka atau meninggal,” katanya.
Kontingen gabungan Amerika dan NATO saat ini di Afghanistan berjumlah sekitar 13.500. pemerintah Trump memutuskan akan mengirim sekitar 4.000 atau lebih tentara Amerika ke Afghanistan dalam upaya untuk membendung kebangkitan Taliban.
Serangan tersebut terjadi saat pihak berwenang Afghanistan di provinsi Herat barat memperketat keamanan menjelang pemakaman massal korban serangan malam sebelumnya yang menewaskan 29 orang.
Seorang penyerang bunuh diri melepaskan tembakan ke dalam sebuah masjid yang penuh dengan dengan jamaah, sebelum meledakkan bahan peledaknya. Ledakan kedua terjadi 10 menit kemudian.
Tidak ada yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, tapi itu terjadi sehari setelah kelompok ISIS memperingatkan bahwa mereka akan menyerang orang Syiah.
Baca juga: