Orang Laut, Penopang Penting Militer Kerajaan Jambi
Lukisan Jambi 1876

Orang Laut, Penopang Penting Militer Kerajaan Jambi

Di bulan September 1714, konflik antara Johor dan Jambi kembali memuncak ketika Kiai Gede berusaha menghalangi kegiatan penyelundupan lada Jambi yang disalurkan dari dataran tinggi ke Johor melalui Sungai Tungkal; usaha tersebut dilakukannya karena penyelundupan itu memangkas tajam pendapatan yang sangat diperlukan itu. Kendati para bangsawan istana tidak menyukai Kiai Gede, mereka dan juga residen Belanda (Isaac Panhuys) menjadi cemas ketika mendapat laporan-laporan tentang keberadaan sejumlah kapal Johor di hilir sungai.

Laporan tiga penduduk Jambi tentang ancaman dari sejumlah kapal perang Johor di Sungai Batanghari, 11 September 1714 menyebutkan Tumenggung Mangkubumi, seorang tokoh bangsawan, Pangeran Nattadiningrat (menantu Kiai Gede) dan Residen kemudian mengirim lima kapal bersenjata ke hilir sungai untuk melakukan investigasi.

Ternyata, kapal-kapal Johor itu sudah tiba di Sungai Batang Hari melalui Kuala Nior dan juga melewati sebuah sungai sempit yang dikenal dengan nama “celah nyamuk”. Orang-orang Johor itu membujuk Orang Laut Jambi supaya meninggalkan keluarga mereka dengan mengatakan bahwa hidup mereka akan menjadi lebih baik apabila menjadi kawula penguasa Johor.

Ketika bujuk rayu mereka tidak membuahkan hasil, mereka membumihanguskan Simpang dan menangkap sejumlah Orang Laut. Mereka juga menyerang empat kapal Jawa dan membunuh sejumlah orang di kapal-kapal tersebut – tindakan mereka itu dilakukan sebagai peringatan bahwa kapal-kapal dagang sebaiknya memilih Johor dan bukan Jambi.

Dokumen ini menggambarkan dengan jelas tidak hanya peran penting yang dimainkan Orang Laut dalam persaingan ekonomi antara negara-negara Melayu, melainkan juga bahwa Orang Laut Johor, seperti penguasa mereka, merasa mampu menantang Melaka yang dikuasai Belanda, dan bahkan juga Batavia.

Dalam kisah ini, ancaman penyerbuan Johor ke Jambi tidak menjadi kenyataan dan persaingan antara kedua kerajaan juga memudar sesudah Minangkabau menaklukkan Johor di tahun 1718 serta Kiai Gede meninggal di tahun 1719.

Kendati Orang Laut tetap memiliki peran ekonomi penting selama abad kedelapan belas, hubungan mereka dengan para penguasa Johor dan Jambi memudar oleh karena peran mereka di bidang keamanan dan pertahanan diambil alih oleh para pendatang Bugis dan Makasar yang berdatangan dan menetap di kawasan Melayu.

Sumber: Arsip Nasional Republik Indonesia