Amerika Serikat pada hari Kamis 27 Juli 2017 mengirimkan dua pesawat pengintai mesin tunggal ke Filipina. Pesawat ini akan meningkatkan kemampuan negara bekas koloninya tersebut untuk melakukan patroli laut yang luas, termasuk perairan selatan yang penuh dengan bajak laut.
Pada sebuah upacara di sebuah pangkalan udara di Manila, Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan bahwa dua pesawat Cessna 208B dilengkapi dengan sensor elektro-optik dan peralatan pengawasan lainnya untuk mendeteksi kapal-kapal di Laut China Selatan dan Laut Sulu.
“Pesawat-pesawat ini akan memberi kita lebih banyak kemampuan untuk berpatroli di laut dan menjaga diri dari gangguan,” kata Lorenzana. “Ini bukan pesawat mata-mata, hanya pesawat pengintai saja, karena mereka tidak terbang diam-diam.”
Pesawat ini bisa beroperasi berjam-jam di ketinggian 25.000 kaki (7.620 meter) dan memiliki jarak tempuh 1.000 mil laut (1.852 kilometer).
Pesawat-pesawat, yang harganya sekitar US$ 2 juta tersebut juga dapat digunakan untuk melawan militan di Kota Marawi di pulau selatan Mindanao. Tapi keseluruhan paket berharga US$ 30 juta, termasuk peralatan surveillance, intelligence and reconnaissance (ISR).
Pasukan Filipina telah memerangi militan yang merebut kota Marawi pada 23 Mei 2017 dan menewaskan hampir 600 orang dan membuat hampir 500.000 penduduk mengungsi.
Juru bicara militer Brigadir Jenderal Restituto Padilla mengatakan Amerika Serikat tahun lalu memutuskan untuk memindahkan pesawat tersebut berdasarkan Maritime Security Initiative (MSI) senilai US$ 425 juta untuk membantu negara-negara Asia Tenggara mengatasi tantangan keamanan regional, termasuk ketegasan di Laut Cina Selatan.
Filipina mendapat lebih dari 80 persen dari dana US$ 49,72 juta yang dialokasikan pada tahun 2016 di bawah program MSI. Besarnya bantuan tersebut setelah Manila setuju untuk mengizinkan Amerika Serikat mengakses lima pangkalan milter mereka. Amerika tidak membatalkan bantuan meski Presiden Filipina Duterte kerap kali bersikap keras kepada Amerika.
Amerika juga akan menyumbangkan dua kendaraan tanpa awak Eagle Scan pada bulan September untuk membantu unit taktis mengalahkan militan.
Pada bulan Februari, Washington juga menyumbangkan armada Raven ke Marinir Filipina yang beroperasi melawan militan Abu Sayyaf di pulau selatan Jolo.
Pihak militer mengatakan telah membeli ratusan bom seberat 500 pon dan roket yang tidak ditentukan jumlahnya dari Amerika Serikat untuk mengisi gudang senjata mereka yang mulai kosong karena digunakan untuk merebut Kota Marawi.
Baca juga:
https://www.jejaktapak.com/2016/12/21/10-pesawat-militer-non-tempur-paling-berkuasa-di-dunia/