Setelah Brexit, Inggris Tetap akan Pimpin Militer Uni Eropa

Setelah Brexit, Inggris Tetap akan Pimpin Militer Uni Eropa

Meski telah keluar dari Uni Eropa, Inggris akan tetap menjadi kekuatan utama militer kelompok negara tersebut. Pasukan Inggris berpotensi membentuk sebagian besar unit reaksi cepat dari bulan Juli 2019, hanya beberapa bulan setelah Inggris keluar dari Uni Eropa.

Inggris adalah bagian penting dari unit, yang dijuluki oleh beberapa Angkatan Darat Eropa dengan akan  memasok  1.500 tentara untuk masa enam bulan di paruh kedua tahun 2019. Ini jumlah terbanyak dibandingkan negara anggota Uni Eropa yang lain.

Perundingan Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa) secara resmi dimulai pada 19 Juni, ketika Menteri Luar Negeri Inggris Brexit David Davis tiba di Brussels untuk menegosiasikan persyaratan  dengan juru runding utama Uni Eropa Michel Barnier.

Perundingan tersebut diharapkan mencakup diskusi tentang peran Inggris dalam kelompok tempur UE, namun sumber militer melaporkan secara prinsip berbagai hal telah disepakati.

Masing-masing dari 28 negara Uni Eropa secara bergantian akan menyerahkan sebagian besar pasukan untuk unit tersebut dan giliran Inggris akan datang pada bulan Juli 2019. Spanyol saat ini menyediakan sebagian besar kekuatan unit tersebut.

Kelompok pertempuran, yang dirancang untuk tugas pemeliharaan perdamaian atau resolusi krisis, belum dikerahkan dalam acara praktik nyata. Unit  diciptakan pada tahun 2005, beberapa tahun setelah konflik di Kosovo, dan belum terlibat dalam tindakan.

Pada bulan Juni, Dewan Eropa menyetujui cara baru dan adil untuk membiayai kelompok pertempuran tersebut.

Tetapi banyak politisi Inggris dan komandan tentara  mengkritik konsep tersebut dan merasa tidak perlu bila Inggris sudah menjadi anggota penuh NATO.

“Sifat yang tepat dari hubungan dan komitmen Uni Eropa kita pada tahun 2019 harus ditentukan sebagai bagian dari negosiasi Brexit. Sampai saat itu, kami akan terus memainkan peran penuh dan aktif dalam diskusi UE dan kami akan tetap berkomitmen untuk keamanan perdamaian Eropa setelah kami meninggalkan Uni Eropa pada 2019, ” kata juru bicara Departemen Pertahanan Inggris.

Para menteri Inggris dilaporkan telah memutuskan Inggris akan menghormati komitmennya untuk menyediakan markas besar bagi kelompok tempur yang dipimpin oleh negara-negara Benelux pada tahun 2018. Inggris juga terlibat dalam beberapa misi militer UE lainnya.

Angkatan Laut Inggris memimpin misi Atalanta melawan pembajakan di lepas pantai Somalia, yang berpusat di sebuah pangkalan di Northwood, dekat London.

Angkatan Laut Inggris juga terlibat dalam Operasi Sophia,  yang dipimpin Italia untuk memerangi perdagangan manusia di Laut Tengah.

Baca juga:

5 Teknologi Militer Hebat AS yang Datang dari Inggris