Otoritas Iran telah mengalokasikan sekitar US$ 300 juta atau sekitar Rp4 triliun untuk mengembangkan program rudal mereka untuk melawan “ancaman dari musuh,”.
Kantor Berita Mehr, mengutip ketua Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri, Alaeddin Boroujerdi melaporkan salah satu ancaman yang dimaksud adalah Amerika Serikat.
“Mengingat fakta bahwa AS dan sekutunya mendukung kelompok-kelompok seperti ISIS dan Front al-Nusra, maka perlu untuk mengembangkan program rudal negara tersebut, karena ini adalah satu-satunya cara untuk melawan ancaman dari musuh-musuh , “kata Boroujerdi Senin 3 Juli 2017.
Boroujerdi menekankan bahwa dana tersebut dialokasikan untuk menanggapi aktivitas AS di wilayah tersebut.
“Sekitar US$300 juta dialokasikan untuk pengembangan program rudal Iran. Jumlah yang sama dialokasikan untuk mendukung pasukan khusus Quds, Korps Garda Revolusioner Islam. Tanpa mereka, teroris akan memerintah di Damaskus dan Baghdad, ” tulis Mehr mengutip Boroujerdi.
Pada bulan Mei, Departemen Luar Negeri Amerika mengumumkan bahwa mereka akan memberikan sanksi kepada pejabat pertahanan Iran mengenai kekhawatiran Amerika Serikat dengan pengembangan rudal balistik lanjutan Iran, yang tidak sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2231.
Putaran sebelumnya dari sanksi terhadap program rudal balistik Iran dipaksakan oleh Amerika Serikat pada awal Februari, yang menargetkan 13 orang dan 12 perusahaan, termasuk kelompok di China, Lebanon dan Uni Emirat Arab.
Sanksi ekonomi dan keuangan yang lebih luas terkait dengan aktivitas Iran di bidang nuklir telah dicabut oleh Amerika Serikat pada Januari 2016 setelah Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) mulai berlaku. Kesepakatan antara Iran dan negara-negara P5 + 1 (China, Prancis, Rusia, Inggris, Amerika Serikat dan Jerman) bertujuan untuk mencegah pengembangan senjata nuklir oleh Teheran.
Baca juga: